Kamis, Januari 24, 2008

Mendekatkan Sejarah Pada Siswa : Pengalaman Mengajar di SMA N 2 Bandung

Pembelajaran Sejarah di sekolah, senantiasa memiliki persepsi yang kurang baik. Ketertarikan siswa terhadap mata pelajaran sejarah selalu dianggap rendah. Bahkan, Sejarah dianggap sebagai salah satu mata pelajaran yang membosankan. Kecenderungan yang muncul adalah, persepsi bahwa sejarah itu tidak memiliki manfaat atau kegunaan. Selain itu, penempatan jam pelajaran sejarah juga menjadi salah satu alasan kenapa siswa enggan untuk belajar sejarah. Contoh, sejarah ditempatkan di akhir jam pelajaran, yang menjadikan siswa itu lebih fokus pada keinginan untuk segera pulang. Atau Sejarah ditempatkan di tengah-tengah pelajaran Matematika dan Fisika. Matematika ulangan dan Fisika ada PR, maka sejarah-pun jadi “korban” ke-pusingan siswa yang kemudian diwujudkan dengan tidak mengikuti pelajaran sejarah dengan baik. Dan secara nyata, penulis merasakan sendiri ketika mengajar di SMA N 2 Bandung. Berdasarkan hasil angket yang penulis berikan pada siswa, sebagian besar menyatakan tidak tertarik atau biasa saja pada pelajaran sejarah, karena penempatan waktunya yang kurang mendukung (jam terakhir).
Pada dasarnya, menurut asumsi penulis, minat belajar siswa terhadap suatu mata pelajaran ditentukan oleh beberapa hal, diantaranya yaitu :
a. Potensi siswa itu sendiri
b. Lingkungan sekitar
c. Pola mengajar guru
Potensi siswa merupakan salah satu faktor yang menjadikan suka atau tidaknya siswa itu terhadap suatu mata pelajaran. Dalam hal ini, penulis berpendapat bahwa bawaan yang dimiliki oleh siswa akan menentukan sikapnya terhadap mata pelajaran. Jika siswa itu rajin dan tekun menghadapi rumus-rumus, maka ia pasti akan senang terhadap mata pelajaran yang ada rumusnya. Begitu juga jika siswa memiliki potensi untuk berbicara di depan kelas, ataupun berbicara untuk bertanya dan menjawab, maka ia akan lebih menyukai pelajaran yang lebih banyak kesempatan untuk berbicaranya.
Lingkungan yang penulis maksud lebih terfokus pada teman sepergaulannya di sekolah (lebih dekat lagi mungkin teman sebangku). Disadari atau tidak, seorang teman dapat mempengaruhi minat belajar siswa itu sendiri. Misalkan A sebangku dengan B. A menyukai pelajaran yang bersifat hitungan, sedangkan B tidak. Ketika proses pembelajaran, tingkah laku si A, yang rajin mengerjakan rumus kemudian maju ke depan untuk menyelesaikan soal dan mendapat rewards baik dari guru ataupun siswa lainnya, bisa menarik respon dari B, sehingga si B pun turut menyukai pelajaran hitungan. Belum lagi dengan adanya obrolan (kalau tidak mau dikatakan diskusi) ringan ketika di luar kelas, yang kemudian menarik minat siswa terhadap suatu mata pelajaran.
Yang terakhir adalah pola mengajar guru. Pernahkah kita (Guru Sejarah ataupun guru lainnya)melihat siswa yang mengerjakan pelajaran lain, padahal sekarang sedang pelajaran kita? Misalkan, sekarang adalah jam pelajaran sejarah, namun ternyata beberapa orang siswa malah sibuk dengan PR Kimia atau Fisikanya??? Kenapa mereka berbuat seperti itu?? Memang masih bisa menyalahkan siswa dengan asumsi kenapa siswa tidak mengerjakan PR di rumah. Tapi ini menjadi salah satu indikator, bahwa siswa tidak begitu berminat untuk belajar sejarah. Kalau siswa berminat, mau PR sebanyak apapun, dia tidak ingin melewatkan pelajaran sejarah. Lalu apa yang salah??
Dalam hal ini, penulis lebih memfokuskan pada strategi atau metode mengajar yang dipakai oleh seorang guru, khususnya guru sejarah. Kejenuhan siswa terhadap mata pelajaran sejarah, dapat disebabkan oleh pola mengajar gurunya. Dalam hal ini guru menyampaikan materi secara monoton, yaitu ceramah dan biasanya minim penggunaan media. Sehingga siswa menjadi pasif dan akhirnya merasa enggan untuk belajar sejarah. Bandingkan dengan pelajaran eksakta , matematika misalnya. Meskipun metode yang digunakan adalah ceramah, tetapi siswa diajak untuk berfikir dalam mencari hasil sebuah soal. Sehingga siswa merasa terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
Dari permasalahan di atas, ada dua hal yang menurut penulis yang menjadi faktor penyebab siswa tidak berminat pada sejarah. Pertama, Guru kurang begitu menarik dalam hal penyampaian materi dan kedua, siswa tidak terlibat dalam pembelajaran. Begitu banyak strategi pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli. Mulai dari ceramah hingga role playing. Namun kenapa guru lebih sering menggunakan metode ceramah. Dalam hal ini, faktor kreativitas seorang guru memiliki peranan penting. Pembuatan media pembelajaran merupakan salah satu bentuk kreativitas guru. Kemajuan IPTEK lebih memudahkan guru untuk menarik minat siswa melalui penggunaan media pembelajaran. Ataupun dengan menggunakan peralatan yang sederhana, dimana guru mencoba “me-nyata-kan” atau menggambarkan materi pembelajaran agar itu lebih dirasakan oleh siswa. Yang pasti, penggunaan media pembelajaran merupakan salah satu solusi untuk menarik minat belajar siswa. Berdasarkan pengalaman penulis dan hasil penyebaran angket, siswa lebih senang untuk belajar di ruang Multimedia daripada di ruang kelas.
Pembelajaran sejarah akan menjadi menarik jika siswa merasakan terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Sebenarnya banyak materi sejarah yang itu sangat dekat dengan kehidupan siswa. Sehingga, siswa bisa menyadari bahwa sejarah itu sangat berguna bagi kehidupannya. Pelajaran IPA sering disukai oleh siswa, salah satunya adalah karena ada Praktek baik itu di Laboratorium atau di tempat lain. IPS?? Sepengetahuan penulis, jarang melakukan praktek. Padahal IPS itu memiliki materi-materi belajar yang sering dialami oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pelajaran sejarah, salah satu materi yang bisa diaplikasikan (diwujudkan atau dipraktekkan) oleh siswa adalah materi tentang penelitian sejarah. Penelitian adalah suatu proses pengkajian secara mendalam yang dilakukan terhadap suatu objek dengan menggunakan metode tertentu. Jadi penelitian sejarah adalah proses pengkajian objek sejarah, baik itu peristiwa, tokoh, ataupun masyarakat. Untuk memudahkan penelitian, maka unsur emosional peneliti memiliki peranan penting. Maksudnya adalah peneliti hendaknya mencari objek penelitian yang dekat dengan kehidupan peneliti. Dalam konteks pembelajaran sejarah di sekolah, praktek penelitian sejarah bisa dilakukan oleh siswa. Objeknya tentu saja yang dekat dengan kehidupan siswa di sekolah. Siswa bisa meneliti sejarah perkembangan sekolahnya, membuat biografi guru idola-nya dan permasalahan yang berhubungan dengan kehidupan di sekolahnya. Tidak hanya lingkungan sekolah saja, keluarga sebagai lingkungan terdekat siswa, juga bisa menjadi objek yang akan diteliti. Sebagai contoh yang penulis terapkan yaitu dengan membuat tulisan tentang silsilah keluarga mereka dan membuat autobiografi kehidupan mereka sendiri.
Hal lain yang mendukung tertariknya siswa terhadap pelajaran seorang guru adalah sikap dari guru itu sendiri terhadap siswanya. Memberikan tugas pada siswa adalah suatu hal yang bagus. Dengan kata lain, siswa diberikan kesempatan untuk belajar sendiri. Namun jika tugas itu terlalu berlebihan, tentu akan mendapat respons yang kurang baik dari siswa. Dalam hal ini, guru harus bisa mengatur kapan siswa itu harus mengerjakan tugasnya sendiri dan kapan harus berkelompok. Selain itu, memberikan reward and punishment atas hasil kerja siswa, memberikan image tersendiri bagi kita sebagai seorang guru. Artinya, guru memberikan tugas kepada siswa tidak sebagai formalitas, tetapi memang memiliki tujuan tersendiri.
Pada dasarnya, suka atau tidak terhadap suatu mata pelajaran, itu tergantung dari siswa itu sendiri. Namun sebagai tenaga pengajar, tidak ada salahnya untuk mencoba menarik minat siswa agar senang dengan pelajaran yang kita berikan. Semoga beberapa solusi di atas bisa memberikan sedikit pencerahan bagi kita semua.
“Orang yang tidak pernah gagal adalah orang yang tidak pernah melakukan apa-apa. Jangan takut untuk gagal, karena orang yang hebat adalah orang yang bisa bangkit dari kegagalan. HISTORIA MAGISTRA VITAE ”