Kamis, Agustus 26, 2010

Menghadirkan Spirit Kemerdekaan Di Bulan Ramadhan

Alhamdulillah…Puji syukur hanya milik Allah SWT, Tuhan Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang senantiasa melimpahkan nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kita bisa kembali merasakan indahnya bulan suci Ramadhan. Syukur, dalam pandangan saya, tidak hanya berupa ucapan, melainkan Syukur dalam pikiran, perkataan dan perbuatan. Syukur dalam pikiran diwujudkan dengan selalu berpikir jernih, positive thinking, selalu berpandangan ke depan. Syukur dalam perkataan berupa lisan yang terjaga dari hal-hal yang buruk. Sedangkan syukur dalam perbuatan berupa pengerjaan amal-amal Shaleh.
Shalawat dan salam semoga tetap terlimpah curah kepada Nabi Muhammad SAW, kepada para keluarganya, para sahabatnya, dan kepada pengikut sunnah nya, semoga kita termasuk di dalamnya, Amiin Ya Robbal alamiin.

Bulan Agustus adalah bulan yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia, karena pada bulan inilah Indonesia berhasil memproklamirkan kemerdekaannya. Betapa bahagianya hati rakyat pada saat itu, yang kemudian diwujudkan dengan melakukan karnaval dan pesta rakyat. Mungkin, inilah sebabnya, sampai sekarangpun, setiap selesai upacara peringatan HUT RI, sering dilanjutkan dengan kegiatan karnaval/pawai. Bahkan pesta rakyat digelar sebelum dan sesudah peringatan HUT RI.

Kalau mempelajari Sejarah perjuangan kemerdekaan, maka ada beberapa point penting yang bisa kita ambil.
Pertama, adalah rasa keingintahuan dari para pemuda. Ketika berkecamuk perang pasifik, maka menjadi hal penting bagi para pemuda untuk mengetahui berita tentang perang tersebut. Meskipun sarana telekomunikasi dikuasai oleh Jepang (sehingga berita yang disajikan selalu berat sebelah), tidak menjadi halangan bagi para pemuda untuk terus mengupdate status perang tersebut. Bahkan ketika Jepang berusaha menutupi kekalahannya, justru para pemuda berhasil mengetahui berita kalahnya Jepang tersebut. Ini adalah satu modal penting yang dimiliki oleh para pemuda. Rasa Ingin Tau yang besar.

Kedua, adalah tindak lanjut dari rasa ingin tahu. Setelah rasa ingin tahu terpenuhi, maka langkah berikutnya adalah menindaklanjuti apa yang telah mereka ketahui. Hal ini menunjukkan bahwa perlu ada tanggapan atau respon terhadap apa yang telah kita ketahui. Tiada lain dimaksudkan agar pengetahuan kita tersebut bisa bermakna, baik untuk diri sendiri atau pun untuk orang lain. Adapun yang dilakukan para pemuda setelah mengetahui kekalahan Jepang, adalah menghubungi tokoh terkemuka di Indonesia. Setelah Jepang kalah, maka para pemuda memiliki pemikiran bahwa inilah saat yang tepat untuk memerdekakan Indonesia. Dengan kalahnya Jepang, maka sesungguhnya di Indonesia tidak ada yang berkuasa (meskipun kelak sekutu +Nica datang untuk kembali berkuasa). Kekosongan inilah yang hendak dimanfaatkan oleh para pemuda untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Ketiga, adalah semangat pantang menyerah. Ketika para pemuda menyatakan keinginannya pada Bung Karno dan ternyata hasilnya adalah bertepuk sebelah tangan, mereka tidak langsung putus asa. Mereka kembali berkumpul, merundingkan masalah penolakan Bung Karno. Hingga kemudian diambil keputusan untuk “mengasingkan” sekaligus mendesak Bung Karno agar segera memproklamasikan kemerdekaan.

Keempat, koordinasi dengan orang tua. Pemuda mempunyai semangat, yang kadang semangat tersebut terlalu berlebihan sehingga tidak ada perhitungan yang matang. Disinilah pentingnya saran dan masukan yang bijaksana dari pihak yang lebih tua atau dituakan. Golongan muda dan Golongan Tua di masa kemerdekaan, merupakan salah satu contoh kasus tersebut. Pemuda tidak mau memproklamasikan sendiri kemerdekaan Indonesia, sehingga mereka menghubungi Bung Karno. Contoh lain pasti pernah kita alami, disaat kita akan menentukan kuliah kemana dan dimana, termasuk juga saat menentukan pendamping hidup.

Kelima, kemampuan memanfaatkan waktu. Sesungguhnya, point paling penting dari semua ini adalah kemampuan memanfaatkan waktu. Kalau dihitung dari kekalahan Jepang, maka waktu yang dimiliki hanya 3 hari, hingga mencapai hari kemerdekaan. Waktu yang sangat singkat tentu saja. Tetapi berkat kemauan dan kerja keras dari para pemuda, waktu tiga hari bisa dimanfaatkan seefektif mungkin untuk memproklamasikan kemerdekaan. Sehingga, kemampuan memanfaatkan waktu inilah yang menjadi point penting dalam proses kemerdekaan Indonesia.

Bulan Agustus tahun ini juga menjadi bulan yang sangat indah bagi umat Islam. Betapa tidak, bulan suci yang dinanti-nantikan oleh umat Islam, jatuh bertepatan di bulan Agustus ini. Jadi, bagi bangsa Indonesia (umat islamnya), Agustus tahun ini merupakan perpaduan dua moment penting, yaitu Kemerdekaan Bangsa dan Bulan Suci Ramadhan. Jauh ke belakang, saat proklamasi itu dibacakan, juga sama bertepatan dengan bulan suci Ramadhan. Subhanallah…menjadi satu ikatan yang tidak terlepaskan antara spirit memperjuangkan kemerdekaan dengan mengisi waktu luang di bulan Ramadhan.

Bulan Ramadhan merupakan bulan yang mulia bagi umat Islam. Banyak keutamaan-keutamaan yang dimiliki oleh bulan Ramadhan, yang itu tidak terjadi di bulan-bulan lainnya. Pada bulan ini, umat Islam diwajibkan untuk melaksanakan shaum. Pada bulan ini, Allah SWT melipatgandakan pahala bagi semua kebaikan yang dilakukan oleh umat Islam. Bahkan saking mulianya, amalan Sunnah pun dihitung amalan wajib, pintu-pintu surga dibuka, sedangkan pintu neraka ditutup rapat-rapat. 10 hari pertama dibulan ini penuh dengan rahmat-Nya. 10 hari kedua diberikan Maghfirah-Nya. 10 hari penutup dibebaskan dari api neraka. Maka, menjadi hal yang wajar kalau bulan Suci Ramadhan selalu dinantikan oleh umat Islam. Siapapun yang merindukan datangnya bulan ramadhan dan bersedih karena bahagia akan kedatangannya, maka dosa-dosanya akan dihapuskan. Subhanallah…

Okelah…sekarang kita coba hubungkan dengan spirit kemerdekaan tadi. Anggaplah pengetahuan tentang sekelumit keutamaan bulan Ramadhan sudah pada tau. Jadi yang perlu ditanyakan berikutnya adalah apa yang akan kita lakukan untuk mengisi waktu luang di bulan ramadhan yang penuh berkah ini????

Sebenarnya semangat ingin tau tetap harus ada, sehingga waktu di bulan suci ini bisa diisi dengan mencari tau tentang Ramadhan yang penuh berkah. Baik itu tentang peristiwa-peristiwa di bulan Ramadhan ataupun kisah Rasul menjalani bulan ramadhan. Sehingga pengetahuan tentang Ramadhan bisa menjadi bertambah. Disinilah kemudian pentingnya ada sebuah kajian khusus tentang peristiwa-peristiwa di bulan Ramadhan. tak heran kalau kemudian disetiap mesjid sering mengadakan pengajian sore untuk memberikan wawasan tentang bulan Ramadhan ini. Dengan demikian, tindak lanjut dari rasa ingin tau tersebut adalah dengan mengikuti pengajian-pengajian di bulan ramadhan. Terserah, mau di TV, Radio atau di mushala terdekat. ;-)

Hal penting yang bisa diambil dari Spirit Kemerdekaan dan kemudian diimplementasikan di bulan ramadhan ini adalah kemampuan memanfaatkan waktu. Satu hal yang sering terjadi adalah seiring dengan masuknya bulan ramadhan, biasanya terjadi pengurangan waktu untuk jam kerja, baik itu perusahaan atau sekolah dan dinas instansi lainnya. Hal ini kemudian menambah waktu luang yang dimiliki oleh kita. Nah, disinilah pentingnya memanfaatkan waktu luang tersebut agar menjadikan keberkahan bagi kita, dan tidak terbuang percuma.

Adapun cara untuk memanfaatkan waktu luang tersebut adalah dengan menambah kuantitas dan kualitas ibadah kita. Biasanya, agar lebih terarah, buatlah sebuah targetan amal harian yang akan dilakukan. Misalnya, tilawah Qur’an satu juz sehari, shalat dhuha tiga kali seminggu, member infak sedekah seminggu sekali, dan amal yang lainnya. Setelah membuat target amal harian tersebut, buat juga time schedule nya, sehingga aktivitas sehari-hari tidak ada yang terbuang percuma. Jangan lupa sisipkan juga waktu untuk istirahat, karena itu juga merupakan hal penting untuk menjaga stamina tubuh kita.

Setelah target harian dan time schedule nya selesai dibuat, ya tinggal mengerjakan. Yakin lah bahwa kita bisa melakukan apa yang telah dijadwalkan oleh kita, meskipun mungkin dalam pelaksanaannya tetap saja ada yang tidak sesuai dengan perkiraan kita. Nah, disinilah semangat pantang menyerah harus ditunjukkan oleh kita. Semangat para pemuda dulu dalam mewujudkan kemerdekaan, harus kita contoh dibulan Ramadhan ini. Dengan semangat pantang menyerah tersebut, kita berusaha untuk menjadi pemenang di bulan suci ini. Godaan selama menjalankan ibadah puasa pasti sangat banyak. Perlu ada kerja keras dan keseriusan untuk istiqomah. Sehingga, semangat pantang menyerah tersebut menjadikan kita pribadi yang tangguh, pribadi yang kuat.

Terakhir, tetaplah melakukan diskusi dengan orang tua atau orang yang dituakan terutama dalam masalah-masalah di bulan Ramadhan. Pengalaman mereka pasti lebih banyak dari pada kita, maka mereka pasti lebih bijaksana dalam menyikapi permasalahan yang muncul di bulan ramadhan ini.

Semoga Spirit kemerdekaan yang telah disebutkan di atas bisa memotivasi kita dalam memanfaatkan waktu luang di bulan Ramadhan ini, sehingga kita bisa menjadi pribadi yang bertakwa.

Wallahualam….

Senin, Mei 03, 2010

Kebangkitan Pendidikan Nasional

Mei merupakan salah satu bulan bersejarah bagi bangsa kita. Setidaknya ini bisa dilihat dari adanya dua agenda nasional yang biasa diperingati di bulan ini. Peringatan Hari pendidikan nasional, merupakan agenda pembuka di bulan mei, selang 18 hari kemudian diperingati pula moment kebangkitan nasional. Dua peringatan yang tentu sangat penting bagi bangsa ini baik ditinjau secara historis maupun dalam realitanya sekarang.
Sejarah mengajarkan bahwa dengan memandang atau belajar pada masa lalu, maka harapan untuk masa depan yang lebih baik terbuka lebar. Betapa tidak, dengan mempelajari masa lalu, terutama kesalahan-kesalahan atau kekurangan yang terjadi, maka kita bisa memperbaikinya di masa sekarang. Dengan demikian, momentum peringatan Hari Pendidikan Nasional dan Hari Kebangkitan Nasional, harus benar-benar digunakan untuk melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan dan juga program kerja pemerintah dalam rangka “membangkitkan” semangat nasionalisme Indonesia.
Membuka kembali lembaran perkembangan pendidikan kita, menjadi dasar dilakukannya perbaikan dalam berbagai aspek. Tentu saja dengan tujuan agar terjadi peningkatan baik dalam aspek kualitas maupun kuantitas. Kualitas pendidikan bisa dihubungkan dengan mutu lulusan. Dengan kata lain bahwa pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang bermutu tinggi dan menghasilkan lulusan yang juga berkualitas. Seperti apa kualitas lulusan di Indonesia?? Tinggal kita lihat saja tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU Sisdiknas, yaitu sbb : tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Jadi, kualitas pendidikan Indonesia dapat diukur dengan apakah lulusan yang dihasilkan memiliki unsur2 tersebut di atas.
Masalah kuantitas pendidikan bisa diukur dari seberapa besar tingkat partisipasi masyarakat terhadap dunia pendidikan. Lebih khusus adalah seberapa banyak masyarakat yang masih belum merasakan pendidikan wajar dikdas. Luasnya wilayah Indonesia, berakibat pada banyaknya kebutuhan akan sarana pendidikan. Belum lagi jumlah penduduk yang buanyak, terutama penduduk di pelosok-pelosok daerah, yang membutuhkan perhatian lebih dari pemerintah.
Tidak hanya pendidikan, refleksi 102 tahun kebangkitan nasional juga perlu dilakukan. Dahulu, para pejuang susah payah membanting tulang untuk mempersatukan bangsa ini. Konflik-konflik yang terjadi diantara sesama berusaha diredam demi satu ambisi, Nasionalisme Indonesia. Mari kita lihat kenyataan sekarang. Prilaku sesama warga Negara yang dibeberapa daerah masih sering terlibat perselisihan, ditambah dengan prilaku pejabat Negara yang korup, menandakan bahwa bangsa ini sedang “sakit”. Maka menjelang moment peringatan kebangkitan nasional, saatnya rakyat Indonesia bangkit. Bangkit dari pertentangan antar suku, bangkit dari KKN menuju Indonesia yang adil dan sejahtera.

Sabtu, April 10, 2010

Peningkatan kualitas tenaga pendidik

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana dalam rangka mengembangkan kompetensi peserta didik. Dalam UU Sisdiknas, tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pencapaian tujuan pendidikan nasional tersebut dapat dicapai dalam proses pembelajaran.
Salah satu unsur yang berperan penting dalam proses pembelajaran adalah tenaga pendidik atau guru. Hal ini berarti bahwa untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional sebagaimana disebutkan di atas peran guru menjadi sangat penting. Tenaga pendidik lah yang berinteraksi langsung dengan peserta didik. Dengan demikian, tenaga pendidik harus memiliki kompetensi yang bagus untuk mendidik dan mengembangkan peserta didik. Secara umum ada 4 kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga pendidik yaitu kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Profesional, dan Kompetensi Sosial.
Untuk meningkatkan kualitas tenaga pendidik tersebut, setidaknya ada dua faktor yang berperan penting, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berarti Faktor yang berasal dari dalam diri tenaga pendidik itu sendiri. Dalam Faktor ini yang paling mendasar adalah kemauan dan kemampuan untuk mengembangkan diri sendiri. Sedangkan Faktor eksternal berarti Faktor yang berasal dari luar diri tenaga pendidik. Salah satunya adalah pemerintah.
Pemerintah memiliki kewajiban untuk meningkatkan kualitas tenaga pendidik dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Adapun cara yang sedang dan akan dilakukan oleh pemerintah adalah dengan melakukan Sertifikasi Pendidik dan PPG (Pendidikan Profesi Guru). Kedua program pemerintah tadi berusaha untuk mewujudkan guru yang profesional.
Menurut pendapat saya, jika program tersebut berjalan lancar, maka akan tercipta kualitas pendidik yang diharapkan, yaitu memiliki empat kompetensi yang telah disebutkan di atas. Selain itu juga dapat mewujudkan tujuan pendidikan nasional sesuai dengan yang telah ditetapkan. Dibutuhkan adanya konsistensi dan kerja keras dari berbagai pihak untuk mewujudkan hal tersebut.
Akan tetapi, kita juga tidak boleh mengesampingkan beberapa hal yang bisa menjadi penghambat terwujudnya hal tersebut di atas. Salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah jumlah dari tenaga pendidik. Jumlah yang banyak tentu akan berpengaruh terhadap besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah. Sedangkan persoalan yang dihadapi oleh pemerintah bukan hanya masalah pendidikan tetapi juga masalah-masalah lain sepert kemiskinan dan pengangguran. Dengan demikian, terpecahnya pemikiran pemerintah dalam menyelesaikan permasalahan di Negara ini bisa menghambat program peningkatan kualitas tenaga pendidik.
Apabila program Pendidikan Profesi Guru dapat dilaksanakan dengan baik, maka akan berpengaruh terhadap ketercapaian tujuan pendidikan nasional. Di awal telah disebutkan bahwa PPG dapat membentuk guru yang professional sehingga dapat membantu terwujudnya peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dengan demikian, pengaruh dari PPG sangat besar terhadap terwujudnya tujuan pendidikan nasional.

Senin, Februari 08, 2010

Mengenal Sejarah

Berbicara tentang sejarah, biasanya yang langsung tergambar dalam pikiran kita adalah peristiwa-peristiwa di masa lalu. Pada hakikatnya memang seperti itu, karena sejarah adalah kajian tentang peristiwa-peristiwa penting di masa lalu. Disebut ‘penting’ karena peristiwa tersebut memiliki dampak yang besar bagi kehidupan manusia di masa tersebut dan juga di masa berikutnya. Namun ini tidak berarti bahwa peristiwa yang ‘tidak penting’ tidak menjadi bagian dari sejarah, karena pada dasarnya penting atau tidaknya sebuah peristiwa tergantung dari pemaknaan manusia terhadap peristiwa tersebut. Dengan kata lain bahwa semua peristiwa yang terjadi di masa lalu dapat dimasukkan ke dalam peristiwa sejarah, tetapi tidak semua peristiwa menjadi objek kajian sejarah.
Membahas sejarah juga tidak akan terlepas dari konteks ruang dan waktu. Peristiwa yang dialami dan dilakukan oleh manusia tentu akan terikat oleh ruang dan waktu. Konsep ruang diartikan sebagai tempat atau lokasi dimana peristiwa tersebut terjadi. Pemahaman terhadap hal ini akan memberikan wawasan kepada pembaca atau peneliti sejarah terhadap peristiwa sejarah yang terjadi di setiap daerah. Dalam lingkup ilmu sejarah sendiri, adanya konsep ruang, menjadikan munculnya pengkhususan dalam kajian sejarah yang terikat atau terbatas oleh wilayah, yaitu Sejarah Lokal, Sejarah Nasional, Sejarah Kawasan dan Sejarah Dunia.
Konsep waktu merupakan bagian penting lainnya dalam memahami sejarah. Biasanya konsep ini berupa angka tahun atau pun tanggal mengenai kapan terjadinya suatu peristiwa sejarah. Selain itu, terkait dengan waktu, dalam sejarah ada istilah Kronologis atau periodisasi. Kronologis adalah urutan suatu peristiwa dari awal sampai akhir. Sedangkan periodisasi adalah pembabakan atau pembagian peristiwa sejarah berdasarkan kriteria tertentu. Kedua konsep tadi (kronologis dan periodisasi) biasanya terkait dengan waktu terjadinya suatu peristiwa.
Berbicara tentang kronologis, maka dalam hal ini peristiwa sejarah diurutkan berdasarkan waktu yang paling awal. Sebagai contoh, pembahasan pertama dalam sejarah adalah tentang awal terjadinya bumi dan munculnya kehidupan (manusia purba). Terkait dengan kronologis dalam sejarah muncul istilah Historical Thinking atau berfikir historis. Secara sederhana berfikir historis dapat diartikan sebagai pola pikir yang kronologis, yang berusaha memahami sesuatu dari awal sampai akhir.
Sementara itu, jika berbicara tentang periodisasi, maka peristiwa sejarah dikelompokkan dengan rentang waktu tertentu sesuai dengan peristiwa yang terjadi pada rentang tersebut. Biasanya, peristiwa yang terjadi memiliki kesamaan. Sebagai contoh ada istilah Orde Lama (1945-1966), Orde Baru (1966-1998), Orde Reformasi (1998-sekarang). Dengan demikian, konsep waktu dalam sejarah merupakan suatu hal yang pasti akan selalu dibahas, dan memiliki posisi yang penting.
Hal lain yang tidak pernah lepas dari pembahasan sejarah adalah peran seseorang atau tokoh sejarah. Peristiwa sejarah adalah peristiwa yang dialami oleh manusia, sehingga dalam pembahasan sejarah biasanya ada tokoh yang berperan. Sebagai contoh dalam pembahasan tentang proklamasi kemerdekaan, ada Soekarno, Hatta dan Ahmad Subardjo. Saking pentingnya peran seorang tokoh dalam sejarah, menimbulkan pengertian baru tentang sejarah yaitu sebagai cerita orang-orang besar. Padahal, tidak semua sejarah membahas tentang orang-orang besar. Misalnya, pemberontakan petani banten, yang dipelopori oleh para petani, yang dalam konteks ini petani merupakan ”orang kecil”. Contoh lain adalah peristiwa gerakan sosial yang terjadi dibeberapa daerah di Indonesia, yang dipelopori oleh rakyat jelata. Dengan demikian, sejarah bukanlah cerita tentang orang-orang besar.