Sabtu, Oktober 22, 2011

TPS Pohon Asem : Pemilih Perempuan Menangkan Pasangan Atut - Rano

22 Oktober 2011, Pesta demokrasi masyarakat Banten digelar. Ajang yang digelar 5 tahun sekali itu bertujuan untuk memilih pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang akan memimpin Banten periode mendatang. Berbagai tahapan telah dilaksanakan dengan segala dinamika yang menyertainya. Dari mulai penentuan pasangan calon, kampanye, hingga akhirnya pencoblosan kartu suara.

Slogan tiap pasang calon banyak digembar gemborkan untuk menarik minat pemilih. Tidak hanya oleh timses resmi saja (melalui kampanye yang terjadwal), melainkan juga oleh simpatisan yang salah satunya menggunakan media jejaring sosial yang sedang ngetrend. Sering juga terjadi saling adu pendapat diantara simpatisan pasangan calon dalam mengunggulkan kandidat yang diusungnya. Yang pasti, jangan sampai perbedaan itu mengarah pada perpecahan. Debat boleh saja, asal jangan ribut dan saling adu otot.

Hari ini, penentuan siapa yang akan memimpin banten 5 taun ke depan mencapai puncaknya. Slogan tak lagi berarti, sebab suara berdasarkan hati nurani. Satu menit di tempat pemungutan suara, akan menentukan nasib banten lima tahun mendatang.

TPS Pohon Asem

Di setiap daerah pasti terdapat tempat pemungutan suara. Termasuk di daerah penulis. Alun – alun Malingping bagian utara, tepat di depan SDN 1 Malingping Utara, berdiri kokoh sebuah pohon besar yang berumur lebih dari puluhan tahun (bahkan mungkin ratusan tahun). Dahulu, saat masih kanak – kanak, pohon itu sering dipanjat oleh rekan2 penulis, untuk dinikmati buahnya. Meski matang, rasa buah pohon tersebut tidaklah manis, melainkan haseum harieum. Di bawah pohon itulah, sebuah TPS di buat dengan bentuk yang sangat sederhana. TPS Pohon Asem, begitu penulis menyebutnya.

TPS Pohon Asem merupakan TPS ke V yang berada di desa Malingping Utara. Jumlah pemilih sebagaimana tercatat dalam papan pengumuman adalah 530 suara, dengan perbedaan 10 suara untuk pemilih laki – laki dibanding perempuan. Di awal, nampak seperti tidak terlalu berpengaruh perbedaan tersebut, meski kemudian di akhir terlihat jelas pengaruhnya.

Dua orang panitia bertugas menyambut kedatangan para pemilih, untuk kemudian meminta surat keterangan pemilih. Tiga orang panitia bertugas menukarkan surat tersebut dengan kartu suara. Dua panitia terakhir bertugas menjaga kotak suara dan memberi tanda telah memilih. Seorang hansip, menjadi pelengkap untuk mengamankan jalannya proses pemungutan suara. Di seberang jalan nampak dua orang polisi dan seorang tentara sedang berbincang santai. Tiga orang saksi nampak “sersan” mengamati jalannya pemilihan.

Kegiatan ini juga dimanfaatkan oleh para pedagang untuk mengais rejeki. Dengan barang yang berbeda, lima orang pedagang nampak sibuk melayani beberapa pembeli yang mampir di tempatnya. Sekelompok bapak – bapak juga terlihat berbincang tentang berbagai hal, termasuk peluang pasangan calon untuk memenangi pilkada ini.

09.30 WIB, penulis meluncur menuju TPS Pohon Asem.

Sepi. Tidak nampak antrian yang panjang. Kursi pemilih terlihat kosong. Sudah pada milihkah??? Atau kemana kah??? Tidak seramai pemilu parpol 2009 lalu. Antusiasme masyarakat tidak seramai saat kampanye pasangan calon. Apatis??? Ahh….paling mereka sudah milih langsung melanjutkan aktivitasnya masing masing. Ngapain juga nungguin TPS, toh nggak bakalan kemana kemana ini  . Alhasil, Tanpa menunggu lama dari kedatangan ke TPS, jari kelingking sudah berlumuran tinta pertanda hak suara telah diberikan. Enggan juga untuk menunggu berlama – lama di TPS, penulis memutuskan untuk back to home, sleep again. :-D

13.30 WIB

Setelah menunaikan tugas sebagai narasumber (dengan iming – iming sop duren), penulis meluncur menuju TPS Pohon Asem untuk menyaksikan penghitungan suara. Terlambat beberapa menit, penghitungan nampak sudah berjalan. Kartu suara telah banyak dibuka. Pasangan paling atas nampak mendominasi hasil penghitutan, disusul oleh pasangan kedua. Pasangan ketiga seperti adem ayem saja.

Dan, penghitungan pun berakhir. Kandidat no 1 berhasil mengungguli pesaingnya dengan selisih yang cukup jauh. 69 dengan pasangan kedua, dan 129 dengan pasangan ketiga. Dari sekian banyak yang memilih pasangan no 1, 60 % adalah pemilih perempuan, dalam hal ini sepertinya adalah Ibu – Ibu, dan bisa dipastikan sebagian besar dari ibu – ibu yang memilih tersebut adalah Ibu – ibu Pengajian, dan lagi sepertinya tak usah dijelaskan alasannya.

Dari jumlah total pemilih yang memberikan hak suaranya. , jumlah pemilih perempuan lebih banyak dibanding jumlah pemilih laki – laki. Perkiraan bahwa jenis kelamin tidak akan berpengaruh terhadap hasil pemilihan ternyata salah. Setidaknya itu berlaku untuk TPS Pohon Asem. Kandidat yang menang di TPS Pohon Asem ini sebagian besar dipilih oleh pemilih perempuan. Sepertinya para bapak lebih senang berdebat di warung kopi tanpa harus menggunakan hak suaranya. 

Ada beberapa hal yang bisa ditarik dari hasil TPS Pohon Asem ini.

Pertama, bahwa strategi kampanye terhadap ibu – ibu akan lebih efektif dibandingkan kampanye terhadap bapak – bapak. Bagi mereka yang menggunakan strategi direct selling, tentu harus memperhatikan dan bahkan menerapkan strategi ini.

Kedua, pemilih perempuan lebih bersifat pragmatis loyalis daripada pemilih laki – laki yang cenderung pragmatis apatis. Ini hanya argumen yang mendasarkan pada perbandingan jumlah pemilih laki – laki dengan perempuan di TPS Pohon Asem ini, tanpa ada pendalaman. Istilah Pragmatis loyalis dan pragmatis apatis juga diyakini tidak ada dalam kamus politik . Ibu – ibu memilih mana yang memang memberikan sesuatu yang kongkrit pada mereka, bukan yang abstrak.

Ketiga, sepertinya bukan program kerja yang menentukan hasil pemilihan, bukan pula hasil debat mendebat diantara sesama kandidat. Terkenal dan tidak terkenal. Yaaa…..sebagian besar ibu – ibu memilih, karena mereka mengenal calon gubernur dan wakilnya, meski hanya mengenal nama saja. Lantas kemana saja mereka yang disebut sebagai timses kandidat??? Apa saja yang mereka lakukan untuk memenangkan calon yang diusungnya??? Kenapa calon mereka bisa sampai tidak dikenal oleh para pemilih??

Permasalahan kecerdasan masyarakat sering dikemukakan oleh berbagai kalangan. Bahwa masyarakat harus cerdas dalam memilih pasangan calon. Jangan mau digoda oleh serangan fajar atau apapun namanya. Tapi mereka sepertinya lupa, bahwa untuk pencerdasan itu perlu waktu yang tidak instan.

Kita lihat saja hasil akhirnya, seperti apa!!!!

Ahhh…..setelah melihat jumlah suara yang tidak diberikan, ternyata TPS Pohon Asem dimenangkan oleh Golput……!!!