Minggu, November 20, 2011

Kompetisi dan Harga Diri_2 : Catatan Sea Games 2011

Kompetisi dan Harga Diri !
Dua kata yang tentu saja berbeda makna, tetapi memiliki keterkaitan yang cukup erat. Kompetisi merupakan sebuah arena unjuk gigi untuk mengukir prestasi. Sementara harga diri adalah sesuatu yang sangat berarti dan harus diperjuangkan, bahkan sekalipun nyawa harus jadi taruhannya, demi sebuah prestise. Sangat berbeda bukan? Tapi ada kesamaan diantara keduanya. Perjuangan, adalah kata yang merekatkan keduanya. Kompetisi dan Harga Diri, perlu diperjuangkan agar mendapatkan hasil yang maksimal.
Dua kata itulah yang saya lihat pada pertandingan malam ini antara Indonesia melawan Malaysia. Pertandingan yang digelar dalam salah satu kompetisi sepakbola bergengsi di Asia Tenggara, Sea Games 2011. Kompetisi yang diikuti oleh Timnas U-23 ini selalu menyajikan tontonan yang seru. Dan jangan dilupakan, kompetisi ini juga mempertaruhkan Harga diri setiap Negara yang berlaga. Ya…kompetisi dan harga diri !! Prestasi dan Prestise !!!
Dalam beberapa tahun terakhir Indonesia belum meraih prestasi yang maksimal di ajang ini. Pamor sepak bola Indonesia pun mulai memudar, seiring dengan prestasi yang seolah sulit untuk ditorehkan. Malaysia, Vietnam dan Singapura mulai mampu menyaingi Indonesia dan Thailand. Maka, Sea Games 2011, merupakan kompetisi yang juga mempertaruhkan harga diri, dan sekaligus bisa membangkitkan kepercayaan diri Timnas kita.
Pertandingan antara Garuda Merah dengan Malaysia, di laga terakhir babak penyisihan Grup A, menyajikan satu tontonan yang mungkin bisa dikatakan anti klimaks, sangat tidak memuaskan. Khususnya bagi pendukung Garuda Merah. Ya…dalam pertandingan tadi, Tim Garuda Merah harus mengakui keunggulan Malaysia dengan skor tipis 0-1.
Disebut anti klimaks, karena hampir sepanjang pertandingan, Indonesia mendominasi permainan. Malaysia hanya mampu menggebrak melalui serangan balik, termasuk gol yang tercipta oleh Arul, sisanya Indonesia yang berkuasa. Meski hanya menurunkan salah satu dari Trisula TOP nya (Tibo, Okto, Patrick), tusukan dari Tibo cukup merepotkan barisan pertahanan Malaysia. Dua peluang emas bahkan dimiliki oleh Tibo yang sayangnya tidak berhasil menjadi Gol. Kreatifitas dari lini tengah pun tidak begitu terlihat. Banyak salah umpan yang dilakukan oleh pemain lini tengah yang dikomandoi oleh Ramdani Lestaluhu. Lini belakang setali tiga uang. Meski hanya kebobolan satu gol, tetapi sepanjang pertandingan terlihat lini belakang sering terburu – buru dan mudah panik menghadapi serangan dari Malaysia. Pemain yang jarang diturunkan di pertandingan sebelumnya, seperti yericho dan septiahadi, nampak sering terlihat canggung dalam mengantisipasi serangan tim lawan.
Pada pertandingan tadi, coach RD melakukan beberapa perubahan komposisi starting eleven. Di sektor penjaga gawang, Kurnia Mega dibangkucadangkan untuk memberi kesempatan pada Andretany merasakan kompetisi antar Negara ASEAN ini. Lini belakang, Abdurrahman dan Diego Michels juga diistirahatkan dan digantikan oleh Septiahadi dengan Yericho. Dirga Lasut yang dipertandingan sebelumnya tidak pernah main, kali ini diturunkan oleh RD. Lini depan, Trisula TOP hanya diturunkan T nya saja. Yongki dan pemain lain menggantikan peran Okto dan Patrick. Hasilnya???
Minus Abdurrahman dan Diedo Michels di barisan belakang, dan Egi di lapangan tengah, tentu akan memberikan perbedaan pola permainan. Dan itu terlihat jelas saat pertandingan berlangsung. Kehilangan Egi, seolah tidak ada Jenderal di Lapangan tengah yang berfungsi sebagai pengatur serangan. Komentator di televisi pun cenderung menyudutkan sosok Ramdani yang tidak mampu menggantikan peran Egi. Hallo….??? Ramdani dan Egi kan dua orang yang berbeda. Sedikit banyak permainan mereka pun akan berbeda. Tidak usah dipaksakan untuk sama. Bisa saja intruksi dari pelatih nya berbeda. Di barisan depan, kehilangan kecepatan seorang Okto dan positioning yang bagus dari seorang Wanggai, membuat Tibo seolah kesulitan menembus pertahanan lawan. Tak ada partner yang menemaninya. Yongki belum bisa mengimbangi permainan dari Tibo. Akhirnya, RD mencoba untuk mengubah permainan dengan menurunkan Okto dan Diego Michels. Disusul kemudian dengan Egi yang menggantikan peran dari Dirga. Hasilnya???? TELAT……0 – 1 bertahan hingga wasit meniup peluit panjang.
Meskipun hasil ini cukup mengecewakan, nampaknya tidak akan ada caci maki untuk Timnas kita, karena memang satu tempat di semifinal sudah diraih. Kata maaf juga akan diberikan pada Timnas yang sengaja tidak memainkan The Winning Team secara full. Inilah strategi dalam sebuah Kompetisi. Tapi, haruskah kita melupakan dan mengabaikan harga diri kita (Timnas Indonesia), yang selama beberapa tahun terakhir menjadi sukar mengalahkan Tim Malaysia??? Masih wajarkah alasan mencadangkan tim inti untuk menjaga kebugaran pemain ??? Ayolahh…buang semua anggapan itu!!! Mau lolos ataupun tidak, permainan harus tetap optimal. Mau tim inti atau cadangan, permainan harus tetap menggigit. Hingga kemenangan adalah hasil mutlak yang harus diperoleh.
Meskipun secara kompetisi kita sudah memastikan satu tempat, tetapi ini masalah harga diri!!! Pantang untuk kalah dari Malaysia!!!!
Bagaimanapun juga, hasil akhir tak bisa dirubah. Dan tim yang berlaga telah berjuang semaksimal mungkin. Semoga hasil akhirnya tidak seperti AFF 2010. Bravo Timnas……Terbanglah Garuda-ku….kibarkan panji merah putih setinggi tingginya…..!!!

Jadi teringan timnas 2003 yang sering mengedepankan slogan “Teu nanaon eleh ku angkatan lain ge, asal ulah ku angkatan 2005……” hehehe….sebab itu masalah Harga Diri!!!
* sebagian dari tulisan ini merupakan catatan dari AFF 2010, coz bagi saya intinya tetep sama, yaitu Kompetisi dan Harga diri :-D

Kompetisi dan Harga Diri : Catatan AFF 2010

Kompetisi dan Harga Diri !
Dua kata yang tentu saja berbeda makna, tetapi memiliki keterkaitan yang cukup erat. Kompetisi merupakan sebuah arena unjuk gigi untuk mengukir prestasi. Sementara harga diri adalah sesuatu yang sangat berarti dan harus diperjuangkan, bahkan sekalipun nyawa harus jadi taruhannya, demi sebuah prestise. Sangat berbeda bukan? Tapi ada kesamaan diantara keduanya. Perjuangan, adalah kata yang merekatkan keduanya. Kompetisi dan Harga Diri, perlu diperjuangkan agar mendapatkan hasil yang maksimal.
Dua kata itulah yang saya lihat pada pertandingan malam ini (tadi malam-red) antara Indonesia melawan Thailand. Pertandingan yang digelar dalam sebuah kompetisi sepakbola terakbar di Asia Tenggara, AFF Suzuki Cup 2010. Kompetisi yang dulunya bernama Tiger Cup ini selalu menyajikan tontonan yang seru. Dan jangan dilupakan, kompetisi ini juga mempertaruhkan Harga diri setiap tim yang berlaga. Ya…kompetisi dan harga diri !! Prestasi dan Prestise !!!
Dalam beberapa tahun terakhir Indonesia belum meraih prestasi yang maksimal di ajang ini. Pamor sepak bola Indonesia pun mulai memudar, seiring dengan prestasi yang seolah sulit untuk ditorehkan. Vietnam dan Singapura mulai mampu menyaingi Indonesia dan Thailand. Maka, AFF Suzuki Cup 2010, merupakan kompetisi yang juga mempertaruhkan harga diri.
Pertandingan antara Garuda Merah dengan Gajah Biru (boleh dibaca Putih), dua Negara yang sepak bolanya lebih dulu maju dibandingkan dengan Negara lain di kawasan Asia Tenggara, di laga terakhir babak penyisihan Grup A, menyajikan satu tontonan yang mungkin bisa dikatakan anti klimaks, tetapi sangat memuaskan. Khususnya bagi pendukung Garuda Merah. Ya…dalam pertandingan tadi, Tim Garuda Merah berhasil mengalahkan Gajah Putih dengan skor 2-1.
Disebut anti klimaks, karena hampir sepanjang pertandingan, Thailand mendominasi permainan. Indonesia hanya mampu menggebrak di menit-menit awal babak pertama, sisanya Thailand yang berkuasa. Tak terlihat kecepatan seorang Okto yang dipertandingan sebelumnya sangat merepotkan barisan pertahan lawan. Tak ada juga tusukan yang dilakukan oleh M. Ridwan sebagaimana yang diperlihatkannya saat menghadapi Laos. Kecemerlangan Irfan Bachdim yang sedang naik daun pun tidak terlihat. Christian Gonzales??? Apalagi ! maaf, tanpa bermaksud menyepelekan kualitas dari seorang Gonzales (faktor usia yang menyebabkan saya meragukan dirinya), ia hanya seorang macan yang “siap santap”. Sehingga wajar kalo kemudian Thailand mampu unggul lebih dulu, lewat gol seorang Shuree, setelah memanfaatkan lengahnya barisan pertahanan Indonesia yang dikomandoi oleh Maman. 1-0 untuk keunggulan Thailand.
Seandainya hasil ini tetap bertahan hingga akhir pertandingan, nampaknya tidak akan ada caci maki untuk Timnas kita, karena memang satu tempat di semifinal sudah diraih. Kata maaf juga akan diberikan pada Timnas yang sengaja tidak memainkan The Winning Team secara full. Inilah strategi dalam sebuah Kompetisi. Tapi, haruskah kita melupakan dan mengabaikan harga diri kita (Timnas Indonesia), yang selama beberapa tahun terakhir selalu bertekuk lutut terhadap Tim Gajah Putih??? Masih wajarkah alasan mencadangkan tim inti untuk menjaga kebugaran pemain ??? Ayolahh…buang semua anggapan itu!!! Mau lolos ataupun tidak, permainan harus tetap optimal. Mau tim inti atau cadangan, permainan harus tetap menggigit. Hingga kemenangan adalah hasil mutlak yang harus diperoleh.
Minus Hamka Hamzah di barisan belakang, dan Firman serta Bustomi di lapangan tengah, tentu akan memberikan perbedaan pola permainan. Dan itu terlihat jelas saat pertandingan berlangsung. Kehilangan Firman, seolah tidak ada Jenderal di Lapangan tengah yang berfungsi sebagai pengatur serangan. Komentator di televisi pun cenderung menyudutkan sosok Eka Ramdani yang tidak mampu menggantikan peran Firman. Hallo….??? Eka dan Firman kan dua orang yang berbeda. Sedikit banyak permainan mereka pun akan berbeda. Tidak usah dipaksakan untuk sama. Bisa saja intruksi dari pelatih nya berbeda.
Keadaan mulai berubah saat Indonesia mulai melakukan pergantian pemain. Disinilah kecerdasan seorang pelatih terlihat. Bukan seorang bintang yang dibutuhkan untuk bermain full time di lapangan. Bukan pula seorang pemain “kemarin sore” yang langsung banjir puja puji untuk tetap bertahan di atas lapangan. Melainkan sosok pemain yang mampu memenuhi kebutuhan TEAM yang bermain saat itu. Dan Alfred Reidl paham akan hal ini. Irfan Bachdim dan Okto, dua pemain yang bersinar di dua pertandingan sebelumnya, digantikan oleh Bambang Pamungkas dan Arif Suyono. Hasilnya ??? SUKSES !!! Dua eksekusi penalty yang diambil oleh Bambang Pamungkas, berhasil merubah kedudukan menjadi 2-1. Indonesia unggul atas Thailand. Harga diri Indonesia pun terselamatkan.