Jumat, Agustus 01, 2014

Pengaruh Endangisme Bagi Si Pemilik Akun \=D/

Yeaaaahhh.....kembali bercumbu dengan tuts keyboard si Zerry My white Lappy.... After Mudik ke kampung halaman, ko jadi kangen kutak ketik lagi. rindu tulas tulis lagi, berceloteh ria kesana kemari, tentang apapun 

Sebenarnya udah banyak yang ingin dicurahkan, mulai tentang pilpres, standup, and last about Ied Mubarok 1435 H. Cuma ya biasa, masalah klasik,, "ga ada waktu..." ... ada waktu tapi ngeblank....nggak ngeblank lgi ga di depan lappy...ya akhirnya tidak ada yang dihasilkan satupun. So....sekarang akan coba dimulai tuk mencurahkannya, kembali ngocoblak lagi. Sementara yang dicurahkan tentang Mang Endang dulu. Kenapa Mang Endang??? makanya baca aja sampe tuntas ya :D  

Tentang Mang Endang 
Siapa itu mang endang??? jawabannya pasti "ya mamang (paman) ku lah". Ga bakalan panjang lebar juga ngejelasin siapa sebenarnya mang Endang ini, coz ga banyak juga yang ditau tentangnya, cuma sekilas saja, maklum jarak yang terpisahkan cukup jauh (sampe kurang lebih 300Km) membuat kami jarang bertemu jadi tidak tau satu sama lain secara lebih mendalam. Lalu kenapa menulis tentang Mang Endang?? Nah, inilah alasannya kenapa harus baca sampai tuntas ni tulisan hahahah.....Yang pasti, tema tulisan ini tentang My Inspirator.  
Jadi siapa mang endang itu?? Inspirasi lo??? 
Uuhhh....ga sabar banget siihhh.... :p Okokokok....gue mulai cerita ya :D Mang Endang itu adalah adik bungsu dari ibuku. Lahir dan besar di Ciamis, tepatnya di Dusun Puhun desa Cinyasag Kec. Panawangan Kabupaten Ciamis. Pendidikan Dasar dan menengah ditunaikan di kota kelahirannya dengan predikat Murid Pintar , sebab prestasi di sekolahnya tidak pernah keluar dari rangking 3 besar (maklum, jaman dulu sekolah masih dirangking coyy hahaha). Lanjut ke perguruan tinggi, kota Purwokerto menjadi tempat pelabuhannya, tepatnya di UnSoed (universitas Jend. Sudirman) melalui jalur Sipenmaru. Kenyang asam garam bangku kuliah (maklum, kuliahnya rada lama :p ), sosok yang sering disebut Epot (bahkan akun fb nya pun menggunakan nama tenar di kampung halamannya) ini kemudian mengadu nasib mencari kerja di tanah kelahiran. Hingga akhirnya, pekerjaannya yang sekarang mengantarkannya untuk menjelajah Nusantara (meski belum semua pulau tentunya). Di balik kesuksesannya tersebut Mang Endang belum memiliki pendamping hidup alias masih bujangan. Jadi, buat kalian yang baca tulisan ini, merasa masih single kirimkan az lamaran kalian, nama tidak masalah yang penting jenis kelamin beda hahaha.... :p *lol*  
Cukup tentang Mang Endang nya??? Belum...ok gue terusin 
Hobinya (sepertinya, tapi pasti sih kayaknya :D ) adalah sepakbola, dengan klub favoritnya The Red Devils Malingping United....ehh salah Manchester United apalagi The Gold Generation '92 nya, dengan Sir Asep Fergusep sebagai Manager nya *LoL . Untuk level lokal, The Bandung Tiger (Maung Bandung *Lol* ) merupakan klub kesayangan, plus tentu saja PSGC (Galuh Ciamis) yang selalu didoakan untuk masuk di ISL. Makanan Kesukaan sih apa saja dimakan asal jangan yang keliatan "biji" nya seperti tomat, terong, leunca, bahkan cabe pun menjadi menu horror yang paling menyeramkan bagi Mang Endang. Jadi buat kalian yang mau bikin mang Endang bete, ajakin makan aja, tapi pake sambel tomat lalabnya leunca hahaha :p 
Udah ahh cerita Mang Endang nya, nanti malah ga nyampe ke inti cerita :D Oiaaa satu lagi aja, sepertinya Film bergenre komedi lebih mendapat tempat di hati mang endang, ketimbang film kartun (ya iyaaa lahhh....secara gitu usia kecilnya kan ga kenal ama film kartun, taunya film unyil usro pa raden hehehe)  

Mazhab Endangisme bagiku  
Endangisme??? apalagi itu?? Sesuatu yang berakhiran isme biasanya bersifat paham, pemikiran atau aliran yang berkembang di masyarakat. Jika kata awalnya merupakan konsep, maka arti dari kata itu adalah paham yang dianut masyarakat (misal nasional + isme = nasionalisme, liberal+isme = liberalism), kadang juga dilekatkan pada siapa yang membawa aliran atau pikiran yang dianut masyakarat (misal Pemikiran Karl Marx = Marxisme, pemikiran Soekarno = Soekarnoisme). Jadi udah bisa ditebakkan apa itu Endangisme??? Yaaa….pemikiran seorang Mang Endang yang kemudian disebarkan dan dianut oleh orang lain. Tidak dalam lingkup luas tentu saja, karena buktinya tidak pernah dibahas di bangku sekolah, tidak pernah ada diskusi tentang mazhab Endangisme ini, dan memang tidak popular dikalangan khalayak ramai. Lalu dimana mazhab ini beredar?? Sssttt….jangan ribut ya, nanti ketahuan densus 48 (JKT keleess :D )…mazhab ini beredar di lingkungan………….”keponakannya doank” hahaha…. *LoL Ya…..semua keponakannya pasti terkena mazhab Endangisme, termasuk gue diantaranya :D . Ini juga alasan kenapa nulis tentang Mang Endang, karena mazhab Endangisme terlalu besar pengaruhnya dalam perjalanan karirku hahahaha *LoL 
Udah kebayang kan arah celotehannya mau kemana??? Kaya lagu ya “mau dibawa kemanaaaa celotehannyaaa…..” *LoL 
Terus terang, meski hanya bercengkrama sesaat (paling lama 1-2 minggu) dengan Mang Endang, tetapi apa yang “didoktrinkannya” padaku sedikit banyak mempengaruhi hidupku lebih tepatnya adalah pada hobiku. Ya….apa yang menjadi hobiku sekarang, merupakan pengaruh dari Endangisme tadi. Tapi hanya sebagian lhoo ya….tepatnya untuk dua hal yang akan terurai di bawah ini. Lanjutt terus ya bacanya, boleh sambil bawa makanan ringan kok, kacang garing, goreng pisang, goreng awug, goreng baso, yang ga boleh itu bawa kompor sama penggorengannya ntar disangka mau jualan hahaha *LoL 
Ok…ini 2 hobi yang terkena mazhab Endangisme :
1. Sepakbola  
Bagi sebagian besar lelaki, sepakbola adalah hobi yang paling utama. Termasuk aku dan mang endang. Sejak kecil (ya seumuran SD-lah), sewaktu aku dan keluargaku mudik ke kampung halaman, sepak bola adalah bagian dari kegiatanku dengan mang endang yang pasti selalu dilakukan. Waktu itu biasanya ditemani sama A Didi dan A Dali. Konsepnya dua lawan dua, Aku dengan A Didi melawan Mang Endang dengan A Dali. Yang menarik adalah, saat itu, kita bertandingnya di dalam rumah, di ruang tamu (indoor, dan ternyata, kini muncul Sepakbola indoor dalam bentuk Futsal, berarti kita Visioner hahaha *LoL ) dengan pintu kamar sebagai gawang 1, dan pintu rumah sebagai gawang 2. Paling menarik tentu saja adalah bola yang digunakan. Karena dilakukan di dalam ruangan, maka bola nya pun bukan bola sepak sebagaimana umumnya, melainkan bola pingpong. Ya….bola yang sering digunakan untuk tenis meja tersebut, berubah peran menjadi bola sepak. Dimana menariknya bola pingpong jadi bola sepak?  
Menariknya itu saat bola pingpong berada di antara kaki-kaki kami yang bertubrukan, maka akan penyok dan musti direbus atau direndam di air panas dulu biar kembali bundar. Tidak hanya itu, ekspresi saat mencetak gol ke Pintu (baca : Gawang – red) lawan, dibuat semenarik mungkin, semirip mungkin dengan ekspresi di lapang luas. Terkadang, biar lebih menantang, permainan dibuat serius dengan sistem 5 gol, siapa yang menang maka dia berhak digendong oleh yang kalah. It’s wonderful moment. Bagiku waktu itu, sangat mengasyikkan tentu saja. Mengisi liburan di kampung halaman, dengan bermain bola di dalam rumah. Dari situ, aku dikenalkan tentang bermain bola dan semakin berhasrat untuk terus bermain bola.
Dan mazhab endangisme yang paling besar pengaruhnya bagiku adalah, hobi menempel gambar bola di dinding kamar. Waktu itu, jika masuk ke dalam kamar Mang Endang, maka kita akan disuguhi oleh beragam tempelan gambar baik itu foto pemain, stadion, dari guntingan kertas atau memang berupa stiker dan poster yang bertebaran di dinding kamar bahkan di balik pintu. Jika saja sepre kasur dan sarung bantal bisa ditempeli, maka niscaya poster dan stiker pun akan ada di sana. Pokoknya kamarnya penuuuuuuuhhhh sama tempelan bola. Dan sebagaimana diungkap di awal, bahwa MU adalah klub favoritnya, maka bisa dipastikan sebagian besar yang tertempel adalah tentang MU. Bagi yang punya imajinasi tinggi, saat masuk kamar mang endang mungkin akan terasa berada di dalam Theater of Dream sedang menyaksikan langsung pertandingan sepakbola. Minimalnya, akan terasa berada di sebuah museum bola. Pokonya benar-benar maniaaakk lah sama bola. Dan ternyata, itu menular padaku. Hobi mang endang di copypaste di kamarku. Seingatku, sewaktu pulang dari kampung halaman, di dalam bus, aku membeli majalah bola (karena tempelan mang endang juga berasal dari Koran dan majalah bola), secara kebetulan di dalamnya membahas tentang kesuksesan MU meraih Treeble Winners di tahun 1999. Di doktrin oleh Mang Endang yang fans MU, beli majalah yang membahas tentang MU, ya jadinya seperti Pucuk di ulam cintapun tiba. Salah ya??? Ok berarti masih konsentrasi bacanya :p 
Dari situlah kemudian, aku jadi gemar membeli majalah tentang bola, menempel bonus posternya di dinding kamar + di balik pintu, serta terdaftar secara tidak resmi sebagai fans ringan Manchester United. Waktu itu sangat terpesona oleh lengkungan freekick david beckham, hingga kemudian membuat kliping tentang beckham yang sampai saat ini belum ada penerbit yang mau menerbitkan ahahaa. Tapi, dari hobi membeli majalah bola inilah aku menemukan ketertarikan pada dunia tulis menulis. Nanti aku ceritakan tentang hal ini, yang pasti sekarang adalah, mazhab endangisme dalam sepakbola, begitu berpengaruh dalam hobiku. 
2. Standup Comedy  
Ini yang mungkin terbilang baru, kurang lebih setahun yang lalu, tepatnya di acara SUCI 3 di hari sabtu. Kenapa sabtu? Ya biar rima nya U semua huhuhu *LoL 
Sebenarnya, (tidak begitu) jauh sebelum “dijerumuskan” di ranah standup comedy oleh Mang Endang, aku sudah mengenal lebih dulu genre seperti ini. Mungkin lebih tepatnya sudah pernah nonton tapi tidak tau menau seperti apa kedalamannya. Waktu itu sedang berselancar di dunia maya, yutub, mencari video-video yang menarik, ada klip tentang Standup Metro tv. Di klik lah, dan kemudian merasa tertarik akan konten dari video yang ternyata sebuah lawakan. Tertarik karena bagiku termasuk baru melihat ada komedi yang dibawakan oleh hanya satu orang. Waktu itu yang jadi comic nya adalah Soleh Solihun dengan materi MLM nya. Gaya bicara dari Soleh sangat khas, dan dia sering bilang bahwa StandUp itu lawakan cerdas. Sebagai orang cerdas, ya aku merasa perlu menonton standup itu hahaha….Comic kedua yang aku tonton adalah Cak Lontong dengan salam lempengnya. Lebih khas lagi saat telunjuknya mengarah ke dahi sambil bilang “Mikir” plus wajah datarnya.Sempat berfikir Jangan-jangan, inilah sosok “hantu Muka Datar” di cerita Wiro Sableng karya Bastian Tito hahaha *LoL .Dari situ sebenarnya sudah mulai tertarik pada yang namanya Standup Comedy, tapi belum tau ada acara khusus yang menayangkan tentang kompetisi standup. Oiaaa satu lagi, nama Raditya Dika, belum ada dalam list orang-orang yang aku kagumi :D 
Hingga kemudian, suatu waktu saat libur panjang karena ada cuti bersama, Mang Endang melancong ke rumahku. Tujuan utamanya sih berlibur ke pantai-pantai yang ada di wilayahku (seperti Sawarna, Pasput, Bagedur), tapi ternyata dibalik itu semua ada hidden agenda alias agenda terselubung yang dibawa Mang endang untuk “menjerumuskan”ku di Standup Comedy *LoL. Di rumahku ada koneksi internet, dan untuk mengisi waktu Mang Endang bermain internet. Ternyata buka yutub, ada peninggalan klip-klip standup comedy. Alhasil mulailah “mendoktrin” diriku :D. “Mamang mah resep ka si Muslim tah Den, pecaaahh waee” doktrinnya. Dan percakapanpun berlanjut tentang Suci session 1 dan 2, serta informasi tentang session 3. Dari situlah kemudian, sepeninggal Mang Endang (maksudnya setelah mang endang kembali ke tanah rantau) , aku semakin sering berselancar mencari-cari klip standup comedy. Hingga kemudian, rasa tertarikku kembali bertambah akibat mazhab Endangisme. Segala sesuatu yang berbau standup rasanya menjadi perlu untuk ditonton. Puncaknya adalah, merasa bahwa diri ini juga bisa untuk menjadi Comic hahaha….mau coba?? Nih saya kasih penggalan bit “Ga enaknya jadi Guru

 ……tapi jadi guru juga ada ga enaknya. Nih gue kasih tau ya, pertama kita ga bisa bergerak bebas seperti belum menjadi guru, ga bisa kita keluar rumah Cuma pake celana pendek sama kaos oblong doank apalagi main ujan-ujanan pake nyanyi-nyanyi pula kaya film india, nantinya muncul celaan “masa guru kaya gitu….”. Yang paling parah ga bisa nonton hiburan malam. Waktu itukan ada tetangga yang hajatan, nanggep dangdut, kita kan sama pengen nonton ya, akhirnya keluarlah dengan wewangian yang menempel di baju, nonton sekalian cuci mata lah, siapa tau ada abegeh…nyampe di kerumunan kan ga hanya fokus ke panggung, tapi juga larak lirik ke samping, siapa tau ada yang bisa di pedekate in. Akhirnya nemulah, sosok cewek, tingginya hampir sama, dengan rambut yang terurai. Dideketin lah, batuk-batuk ngasih kode, ga ngerespon juga, ya akhirnya gue colek dan gue bilang “sendirian aja nih…..” sambil pasang tampang paling ganteng plus genit. Dan lo tau ga, begitu si cewek itu noleh, doi tersentak kaget….serius kaget gitu, mungkin dalam hatinya berkata “Y Tuhan, ganteng amat laki di hadapan gue….”….ternyata abis kaget doi langsung senyum…gue juga senyum dong….akhirnya gue direspon…dan lo tau apa yang terjadi berikutnya?? Doi nyodorin tangan mau salaman, kirain gue mau kenalan, ternyata doi malah bilang “Ehhh….bapaa…..nonton juga pak?” …..Ssffffhtttt…..ternyata itu Si Cindy murid gue, biasa di sekolah pake kerudung, eh di luar ga pake kerudung ya kena deh gue……

Kedua, ga enak jadi guru itu, sering dinilai murid dari tampang yang disesuaikan sama mata pelajaran yang diampunya. Misalkan guru matematika yang tampangnya sering dianggap sangar atau killer, karena wajahnya rumit kayak rumus, Guru kimia wajahnya bikin pusing mirip larutan alcohol, beda sama guru agama yang wajahnya selalu keliatan bersinar. Masalahnya, gue itu guru sejarah….enak sih kalo dibilang mirip Soekarno atau Jend. Soedirman…tapi g enaknya itu kalo disambungin sama masa purba….lhaa…gue dinosaurus donk, emang ada dinosaurus kurus kecil gini? atau gue manusia purba, phitecanthropus erctrus dong… 

Ga Lucu ya??? Hahahha…nih terakhir bit ttg Karakter Murid yang Ngeselin

Jadi Guru itu harus bisa tau tentang karakter murid…dan karakter murid bisa diketahui ketika dilakukan ujian……… kalo pas ujian, kita (guru) kan sering bikin soal dan diakhirnya sering diberi closing statement yang intinya motivasi buat siswa, semisal Selamat Mengerjakan atau Selamat Bekerja. Nah, lo bisa tau Murid yang Ngeselin itu dari lembar Jawabannya, sebab di lembar jawabannya dia juga nulis SELAMAT MEMERIKSA BAPAAK…PERIKSALAH DENGAN BENAR DAN TEPAT, JIKA ADA KESALAHAN ANGKAT TANGAN LALU PERBAIKI SENDIRI, JANGAN LUPA KASIH NILAI YANG BAGUS YA PAK….DARI MURIDMU MMMUUUAACHHH.......Cindy 

Ok terima kasih gue Den Fatur…selamat malam *LoL

Minggu, Januari 19, 2014

Seribu Ide ke Seribu Karya

Guru Seribu Ide......

Ya....sebutan itu melekat erat dalam benak, sebab bisa jadi, sebutan itu merupakan alat yang ditentukan oleh Tuhan sebagai pendekat diantara kami, aku dan dirinya. Seingatku, dirinya yang sering menyebutku begitu, meskipun jika dihitung tentu saja ide-ide yang aku utarakan padanya tidak sebanyak itu. Dari sebutan itu juga interaksi diantara kami smakin sering. Hingga pada akhirnya, dirinya kini telah resmi mendampingiku. Tapi, kali ini tidak hendak membahas dirinya, melainkan tentang Seribu Ide.

Yupps.....bangga juga saat mendapat sebutan sebagai si Guru Seribu Ide. Aku sendiri menyadari bahwa sebutan ini tentu ada dasarnya. Dan jika diingat lagi, sebutan ini berawal dari cerpen. Ya...melalui cerpen sebutan itu melekat padaku. Meski sebenarnya, aku sendiri tak pernah membuat cerpen yang beragam. Hanya saja pada saat itu intensitas untuk menulis cerpen sedang tinggi-tingginya, sehingga hampir bisa dipastikan satu minggu satu cerpen muncul dalam note FB ku. Untuk kami saat itu, satu minggu satu cerpen itu sudah merupakan pencapaian yang luar biasa, jadi wajar kalau sebutan itu tersemat padaku.Heehe....

Hingga berjalannya waktu, tepatnya beberapa hari sebelum tulisan ini dimuat, aku mulai merasakan ada yang kurang. Dalam hal ini dengan sebutan Guru Seribu ide tersebut. Satu hal yang mendesakku untuk "mereview" kembali sebutan itu karena kini seolah aku tak layak lagi menyandangnya. Tak ada lagi cerpen-cerpen yang berhasil diselesaikan. Lantas, apakah ide-ide yang dulu "seribu" jumlahnya sekarang telah hilang terbuang?
Tidak!! aku tegaskan tidak.
Ide-ide itu masih terus berkeliaran di pikiranku.
Hasrat untuk menulis masih membara di benakku...
Tapi.....jemari ini selalu kaku ketika berhadapan dengan tuts tuts keyboard. Masalah klasik yang biasa dialami oleh penulis pemula, seperti aku tentu saja.

Dari kemandegan itu, justru kemudian aku berfikir ada yang kurang dari sebutan Seribu Ide. Harus ditambah. Bukan menjadi Seribu Ide Mandeg atau Seribu Ide Macet, tapi ada kelanjutan positif dari Ide-ide yang dimiliki oleh setiap orang. dan aku menyebutnya Seribu Karya.

Pada dasarnya, menurutku, ide merupakan apa yang ada dipikiran dan apa yang dipikirkan seseorang tentang apapun yang sedang seseorang itu rasakan. Jadi misalkan seperti ini, kita sedang jalan-jalan ke sebuah kolam renang, dan pasti saat melihat kolam renang ada sesuatu dalam pikiran dan ada juga yang dipikirkan baik itu tentang keadaan kolam tersebut, atau tentang bagaimana seharusnya kolam tersebut, bisa juga tentang baiknya ada apa di kolam tersebut. Nah, apa-apa yang barusan dituliskan, bagiku itu merupakan sebuah ide yang dimiliki oleh kita. Pun demikian dalam keadaan-keadaan apapun.

Artinya, bagiku, ide itu dimiliki oleh setiap orang, siapapun itu, tanpa memandang apapun posisi atau jabatannya. Tukang beca, ojeg, pengusaha, guru, penjahat, hakim jaksa, pedagang, semuanya memiliki ide. Hanya satu yang pasti, bahwa ide hanya dimiliki oleh orang yang masih punya pikiran. jadi, bagiku orang gila tidak akan memiliki ide, sebab pikirannya sendiri sudah konslet. Heheh....
Alhasil, aku mulai berfikir bahwa sebutan Guru Seribu Ide itu merupakan hal yang biasa!! Sebab setiap manusia yang berfikir pasti memiliki ide. Setidaknya ide itu akan dipakai dalam kehidupan sehari-hari untuk dirinya sendiri.

Yang menjadi pembeda dari tiap orang yang mimiliki ide tersebut adalah seberapa jauh/besar/bisa orang tersebut memanfaatkan kemampuan yang dimilikinya untuk mewujudkan atau merealisasikan ide-ide yang dimilikinya tersebut.  Sehingga, ide yang dimilikinya bisa menjadi sebuah atau berbuah-buah Karya.Untuk sementara, bagiku, kesampingkan dulu pendapat orang tentang hasil karya kita, baik atau buruknya, yang penting berkarya dulu. Masih sama dengan filosofi menulisku, berkarya lah apa adanya, lalu belajarlah untuk berkarya ada apanya. Hehehe....

Jadi, kalo cuma punya ide doang mah hal biasa, tapi bisa mewujudkannya menjadi sebuah karya (apalagi Mahakarya) itu baru luar biasa.

so, mari berkarya!!!







Sabtu, Januari 11, 2014

Tahun Baru 2014

Yeaaaahhh.....dan 2013 pun berlalu, berganti dengan tahun anyar 2014. PEsta kembang api, paduan suara terompet dengan derung motor, plus gemericik hujan, menandai pergantian taunnya. Ahhh klasik, dari taun ke taun pasti seperti itu, tak ada perbedaan. Ga bosen emangnya? tapi terserah, setiap orang punya kebahagiaan masing-masing, dan setiap event selalu ada tradisinya tersendiri. Dan aku melalui pergantian tahun dengan hal yang sama juga seperti dulu, tiduran di depan tipi untuk kemudian beralih ke tempat tidur. Uppss ada yang beda, kalo dulu masih sendirian, sekarang Alhamdulillah udah ada pasangan (istri). Tentu kebahagiaan yang tiada bandingannya, menikmati malam pergantian taun dengan istri tercinta.

BIasanya, tiap pergantian taun juga sering ditandai dengan adanya harapan-harapan untuk taun yang akan datang. Bahasa kerennya "resolusi". Penting juga untuk menengok kembali pencapaian apa yang telah diraih di tahun sebelumnya, hingga kemudian menetapkan pencpaian di taun depan. Hal Yang penting laiinya yang perlu disadari juga adalah, target-target yang telah dicanangkan harus menjadi motivasi untuk meraihnya, bukan sekedar ngikutin tren. Yang pada akhirnya tercapai atau tidaknya target tersebut bukan menjadi persoalan.