Senin, Mei 03, 2010

Kebangkitan Pendidikan Nasional

Mei merupakan salah satu bulan bersejarah bagi bangsa kita. Setidaknya ini bisa dilihat dari adanya dua agenda nasional yang biasa diperingati di bulan ini. Peringatan Hari pendidikan nasional, merupakan agenda pembuka di bulan mei, selang 18 hari kemudian diperingati pula moment kebangkitan nasional. Dua peringatan yang tentu sangat penting bagi bangsa ini baik ditinjau secara historis maupun dalam realitanya sekarang.
Sejarah mengajarkan bahwa dengan memandang atau belajar pada masa lalu, maka harapan untuk masa depan yang lebih baik terbuka lebar. Betapa tidak, dengan mempelajari masa lalu, terutama kesalahan-kesalahan atau kekurangan yang terjadi, maka kita bisa memperbaikinya di masa sekarang. Dengan demikian, momentum peringatan Hari Pendidikan Nasional dan Hari Kebangkitan Nasional, harus benar-benar digunakan untuk melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan dan juga program kerja pemerintah dalam rangka “membangkitkan” semangat nasionalisme Indonesia.
Membuka kembali lembaran perkembangan pendidikan kita, menjadi dasar dilakukannya perbaikan dalam berbagai aspek. Tentu saja dengan tujuan agar terjadi peningkatan baik dalam aspek kualitas maupun kuantitas. Kualitas pendidikan bisa dihubungkan dengan mutu lulusan. Dengan kata lain bahwa pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang bermutu tinggi dan menghasilkan lulusan yang juga berkualitas. Seperti apa kualitas lulusan di Indonesia?? Tinggal kita lihat saja tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU Sisdiknas, yaitu sbb : tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Jadi, kualitas pendidikan Indonesia dapat diukur dengan apakah lulusan yang dihasilkan memiliki unsur2 tersebut di atas.
Masalah kuantitas pendidikan bisa diukur dari seberapa besar tingkat partisipasi masyarakat terhadap dunia pendidikan. Lebih khusus adalah seberapa banyak masyarakat yang masih belum merasakan pendidikan wajar dikdas. Luasnya wilayah Indonesia, berakibat pada banyaknya kebutuhan akan sarana pendidikan. Belum lagi jumlah penduduk yang buanyak, terutama penduduk di pelosok-pelosok daerah, yang membutuhkan perhatian lebih dari pemerintah.
Tidak hanya pendidikan, refleksi 102 tahun kebangkitan nasional juga perlu dilakukan. Dahulu, para pejuang susah payah membanting tulang untuk mempersatukan bangsa ini. Konflik-konflik yang terjadi diantara sesama berusaha diredam demi satu ambisi, Nasionalisme Indonesia. Mari kita lihat kenyataan sekarang. Prilaku sesama warga Negara yang dibeberapa daerah masih sering terlibat perselisihan, ditambah dengan prilaku pejabat Negara yang korup, menandakan bahwa bangsa ini sedang “sakit”. Maka menjelang moment peringatan kebangkitan nasional, saatnya rakyat Indonesia bangkit. Bangkit dari pertentangan antar suku, bangkit dari KKN menuju Indonesia yang adil dan sejahtera.