Selasa, November 03, 2009

Pengembangan Pusat Sumber Belajar Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran__BAB I

Salah satu kebutuhan manusia terkait dengan eksistensinya dalam kehidupan adalah kebutuhan akan pendidikan (Dharsono, 2008:1). Pendidikan merupakan sebuah proses yang panjang dan bertahap. Dalam Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa :
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”

Dari pengertian di atas, dikatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana agar peserta didik dapat mengembangkan potensinya. Rumusan ini menyiratkan bahwa proses pendidikan sebagai suatu usaha sadar haruslah dilakukan dengan jelas, bermakna, dan terencana. Pandangan ini bersesuaian dengan dengan apa yang dikemukakan oleh Hamid Hasan (1996 : 3) yang mengatakan, usaha sadar membawa konsekuensi bahwa apa yang akan dicapai dari suatu pendidikan harus jelas, bagaimana mencapainya harus pula terencana dan jelas. Cara yang digunakan untuk mencapainya harus jelas pula.
Pendidikan adalah salah satu upaya untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan tangguh. Manusia sebagai makhluk hidup memiliki keunggulan berupa akal, di mana dengan segenap daya yang dimilikinya, manusia mampu merekayasa lingkungannya, baik itu lingkungan alam maupun lingkungan sosial, secara kreatif, dinamis, dan efektif. Pendidikan juga bertugas untuk dapat mempersiapkan SDM yang kompeten agar mampu bersaing dalam dunia global.
Pencapaian tujuan pendidikan nasional dapat dilaksanakan melalui pengembangan pembelajaran di sekolah. Menurut BSNP (Warsita, 2008:259) kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Dengan demikian, pembelajaran di sekolah pada dasarnya merupakan interaksi yang dinamis antara siswa dan guru serta sumber belajar dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Pada dasarnya, proses pembelajaran juga merupakan proses komunikasi yang di dalamnya mengandung tiga komponen pokok, yaitu pengirim pesan (guru), penerima pesan (siswa) dan pesan itu sendiri (materi pelajaran). Dalam pelaksanaannya, materi pelajaran yang disampaikan oleh guru pada siswa, sering terjadi miss communication. Materi yang disampaikan tidak dapat diterima dengan optimal oleh siswa dan bahkan bisa terjadi salah persepsi terhadap isi pesan yang disampaikan. Hal ini kemudian menyebabkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Untuk membantu peserta didik mencapai berbagai kompetensi yang diharapkan, pelaksanaan atau proses pembelajaran perlu diusahakan agar interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan kesempatan yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Analisis terhadap standar kompetensi dan kompetensi dasar juga merupakan bagian sangat penting dalam mendukung keseluruhan komponen dari materi pembelajaran tersebut. Selain itu, penggunaan dan pemanfaatan media pembelajaran mutlak diperlukan untuk mendukung proses pembelajaran yang maksimal.
Seiring dengan perubahan paradigma pembelajaran, maka keberhasilan kegiatan belajar mengajar tidak hanya ditentukan oleh faktor pengajar, melainkan juga sangat dipengaruhi oleh keaktifan pembelajar. Kurikulum baru tahun 2006 mempertegas bahwa proses pembelajaran harus berpusat pada peserta didik. Guru bukan merupakan satu-satunya sumber belajar atau sumber informasi, melainkan berperan sebagai fasilitator, dinamisator, dan motivator dalam pembelajaran. Peserta didik seharusnya tidak hanya belajar dari guru saja, tetapi juga belajar dengan berbagai sumber belajar yang tersedia di lingkungannya. Akan tetapi, kenyataan di lapangan justru sebaliknya. Kegiatan pembelajaran yang terjadi justru lebih banyak menunjukkan dominasi dari tenaga pendidik (guru), sedangkan peserta didik bersikap pasif. Hal ini kemudian menjadikan proses pembelajaran yang terjadi hasilnya kurang begitu memuaskan.
Salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut di atas adalah belum dimanfaatkannya berbagai sumber belajar secara maksimal, baik oleh guru maupun peserta didik dalam setiap proses pembelajaran. Sekalipun para guru memahami bahwa strategi pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar sangat menunjang atau membantu meningkatkan tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran, namun pada kenyataannya, masih banyak guru yang menyelenggarakan kegiatan pembelajaran tanpa didukung oleh berbagai sumber belajar. Sebagian guru mengatakan bahwa walaupun mengajar dengan menggunakan buku teks, namun para peserta didik sudah memperlihatkan prestasi belajar yang memadai atau bahkan cukup membanggakan. Sebagian guru lainnya mengatakan bahwa mencari sumber-sumber belajar lainnya di luar buku teks yang sudah ditetapkan menyita waktu dan membutuhkan biaya. Sebagian guru lainnya mengatakan bahwa untuk apa repot-repot memikirkan pemanfaatan berbagai sumber belajar dalam kegiatan belajar-mengajar (KBM) jika tidak ada konsekuensinya yang dapat dirasakan.
Sumber belajar sebagai komponen sistem pembelajaran perlu dikembangkan keberadaannya maupun pemanfaatannya dalam kegiatan pembelajaran (Miarso, 2004:77). Dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar secara optimal, peserta didik akan termotivasi untuk berpikir logis dan sistematik sehingga memiliki pola pikir yang nyata dan semakin mudah memahami hubungan materi pelajaran dengan lingkungan alam sekitar serta kegunaaan belajar dalam kehidupan sehari-hari.
Sumber belajar selama ini dianggap sebagai suatu barang yang sulit dan membutuhkan biaya tinggi untuk mendapatkannya, Hal ini terjadi karena guru ataupun peserta didik kurang memiliki kreatifitas dan inovasi dalam memanfaatkan bahan-bahan atau benda-benda yang berada disekitar lingkungannya. Pemanfaatan belum berjalan secara baik dan optimal, banyak guru yang masih menggunakan paradigma lama, yaitu mengajar dengan hanya bersumberkan pada buku pelajaran yang ada dan tidak memiliki motifasi dan inovasi untuk menciptakan sumber belajar yang dapat membantu guru menyampaikan materi pelajaran.
Pada dasarnya, sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran sangatlah banyak dan beragam jenisnya. Oleh karena itu, perlu adanya suatu upaya untuk mengelola dan mengembangkan sumber belajar yang tersedia. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan membentuk Pusat Sumber Belajar.
Pentingnya sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran tidak bisa kita pungkiri lagi. Akan tetapi, sumber-sumber belajar yang ada di sekolah dan lembaga pendidikan lain saat ini, pada umumnya belum termanfaatkan secara optimal. Pun demikian dengan adanya pusat sumber belajar di setiap instansi pendidikan, masih belum dikelola dan di berdaya gunakan dengan baik. Oleh karena itu, menjadi sebuah keharusan bagi tenaga pendidik untuk memahami apa itu sumber belajar dan bagaimana mengelola dan memanfaatkan pusat sumber belajar, agar tercapai pembelajaran yang menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Tidak ada komentar: