Jumat, Juli 01, 2011

MERUMUSKAN KARAKTER DAN BUDAYA BANGSA DI SEKOLAH*

Oleh
Miftah Faturohman, S.Pd#

“Intelligence plus character….that is the goal of true education”
(Dr. Martin Luther King)

Pengantar
Suatu kali entah di chatting pesbuk entah melalui sms, saya ditanya oleh adik saya, “Kang, bisa bantuin ga?....isu atau masalah apa yang sedang hangat di dunia pendidikan saat ini?…buat bikin makalah nih” kurang lebih seperti itu pertanyaannya. Sejenak saya berfikir, mencari jawaban, apa yang paling hangat?.

Sambil menunggu datangnya jawaban, saya balas smsnya “Banyak atuh, mau tentang apanya, proses pendidikannya? Atau tentang pembelajarannya, misal metode atau model??”. Salah satu yang harus dilakukan oleh guru saat ada siswa yang bertanya adalah jangan langsung dijawab, tapi lemparkan pada siswa yang lain ;-), dan saya baru saja mengaplikasikan itu . *padahal mah lagi nyari jawaban xixixi

“Secara umum aja…” balasnya.

Dan akhirnya jawaban itu ketemu “Kalo secara umum sih ada Pendidikan Karakter, kalo pembelajaran ada konsep Blended Learning….sok, bahas tentang itu az….”
Dan percakapan pun berlanjut. Tapi, tulisan ini tidak hendak membahas percakapannya tentu saja, melainkan salah satu content dari percakapan itu yaitu Konsep Pendidikan Karakter.

Seiring dengan perkembangan zaman, ternyata masyarakat Indonesia –khususnya anak usia sekolah- telah mengalami degradasi moral. Salah satu indikatornya adalah banyaknya anak usia sekolah yang sudah tidak perawan lagi. Pembicaraan sex yang dulu dikenal tabu, kini menjadi lebih terbuka. Bahkan sudah “diaplikasikan sejak dini”. Belum lagi penggunaan zat aditif serta tawuran antar pelajar, semakin membuat mental dan akhlak para anak usia sekolah menjadi tidak baik.

Kemudahan akses informasi yang sekarang dirasakan, ternyata juga memiliki efek negatif, ketika penggunaannya tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku. Banyak tayangan – tayangan yang kurang –bahkan tidak- mendidik mudah untuk didapatkan oleh para siswa. Inilah salah satu penyebab rusaknya moral siswa. Penyebab lain dari kemunduran moral siswa adalah faktor lingkungan. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian karakter siswa dibentuk oleh lingkungan sebagai tempatnya bersosialisasi.

Para siswa adalah generasi penerus bangsa. Di tangan merekalah masa depan bangsa ini ditentukan. Tidak terbayang, kalo generasi yang akan memimpin masa depan memiliki moral yang buruk, akan jadi apa bangsa ini. Oleh karena itu, perlu ada upaya dalam rangka mempersiapkan generasi yang cerdas dan bermoral. Salah satunya adalah melalui Pendidikan Karakter dalam rangka character building siswa sebagai generasi penerus bangsa.

Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana dalam mengembangkan potensi peserta didik melalui serangkaian proses yang sistematis dan terstruktur. Beberapa potensi yang menjadi tujuan pendidikan nasional diantaranya yaitu kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Hal ini berarti bahwa para siswa tidak hanya cerdas dalam hal pengetahuan saja, melainkan juga memiliki kepribadian yang baik dan berakhlak mulia.
Budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma dan keyakinan manusia yang dihasilkan masyarakat. Karakter diartikan sebagai watak, tabiat, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakannya sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak.

Dari pendidikan diharapkan dapat terbentuk budaya dan karakter bangsa yang bernilai positif. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan demikian, penting bagi semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan (baik institusi maupun personal) untuk mengembangkan dan mengaplikasikan pendidikan budaya dan karakter bangsa.

Pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah pendidikan yang mengembangkan nilai – nilai budaya dan karakter bangsa pada diri para siswa sehingga mereka memiliki dan menerapkan nilai – nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, baik sebagai anggota keluarga, masyarakat maupun warga negara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif. Pengertian lain menyebutkan bahwa pendidikan karakter adalah proses penanaman nilai – nilai karakter yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai – nilai tersebut (Sudrajat, 2010 @ web). Sementara Prof Suyanto (2009, @web) menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan, perasaan dan tindakan. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan karakter bukan hanya wacana semata atau pembahasan dalam proses pendidikan saja, melainkan juga harus dihayati dan diaplikasikan.

Berdasarkan grand design yang dikembangkan Kemendiknas (2010), secara psikologis dan sosial kultural pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dapat dikelompokkan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional development) , Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development). Dengan demikian, proses pendidikan karakter yang dikembangkan harus menyentuh ke empat konfigurasi karakter tersebut.

Mengembangkan Budaya dan Karakter Bangsa di Sekolah

Secara programatik, pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah usaha bersama semua pihak yang terlibat dalam pendidikan (baik jenjang formal, non-formal maupun informal) dalam lingkup nasional. Sementara secara teknis, pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan proses penanaman yang dilakukan oleh guru terhadap siswa sebagai objek dari pendidikan, di bawah bimbingan Kepala sekolah yang diwujudkan dalam kehidupan keseharian baik di kelas, sekolah, maupun di lingkungan keluarga dan masyarakat.

Sekolah, merupakan salah satu lingkungan tempat siswa beraktivitas dan bersosialisasi. Meskipun dalam jangka waktu yang cukup singkat, tetapi banyak hal yang bisa dipelajari oleh siswa, yang kemudian bisa saja itu menjadi satu kebiasaan sehingga memberikan kontribusi terhadap karakter siswa tersebut. Oleh karena itu sekolah memiliki peran penting dalam mengarahkan – bahkan membentuk – karakter bangsa. Prof. Fasli Djalal –WaMenDikNas- mengusulkan agar sebaiknya tiap sekolah memiliki program school culture dimana setiap sekolah memilih pendisiplinan dan kebiasaan mengenai karakter yang akan dibentuk. Lebih lanjut Wamendiknas pun berpesan, agar para pemimpin dan pendidik lembaga pendidikan tersebut dapat mampu memberikan suri teladan mengenai karakter tersebut (Herdani, 2010 @web).

Ada kurang lebih 20 budaya dan karakter bangsa yang bisa dikembangkan dan diterapkan di sekolah, yaitu :

a. Bersih dan Nyaman
b. Disiplin
c. Sopan
d. Religius
e. Jujur
f. Toleransi
g. Kerja Keras
h. Kreatif
i. Mandiri
j. Demokratis
k. Rasa ingin tahu
l. Semangat kebangsaan
m. Cinta tanah air
n. Menghargai prestasi
o. Bersahabat / komunikatif
p. Cinta damai
q. Gemar membaca
r. Peduli lingkungan
s. Peduli sosial
t. Rasa tanggung jawab

Idealnya tentu saja kesemua karakter dan budaya itu dikembangkan dan dilaksanakan di tiap sekolah. Akan tetapi pasti membutuhkan proses yang cukup lama. Bukan bermaksud pesimis, melainkan kita –sebagai pihak yang akan mengembangkan- perlu mempertimbangkan situasi dan kondisi di sekolah, terutama kondisi siswa. Oleh karena itu perlu ada perencanaan dalam mengembangkan karakter dan budaya bangsa di sekolah.

Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan karakter dan budaya bangsa di sekolah, diantaranya yaitu :
a.Direncanakan bersama
Program pengembangan karakter dan budaya bangsa harus menjadi program sekolah, yang berarti bahwa melibatkan semua pihak di sekolah, baik tenaga pendidik, tenaga kependidikan, siswa dan jika perlu melibatkan komite sekolah. Hal ini juga mengiring kepada partisipasi aktif dari semua pihak. Termasuk dalam menentukan karakter dan budaya mana yang akan dikembangkan terlebih dahulu. Dengan demikian, akan muncul komitmen dan tanggung jawab bersama untuk mewujudkan apa yang telah direncanakan tersebut.
b.Berkelanjutan
Pengembangan budaya dan karakter adalah sebuah proses yang berkelanjutan. Dalam artian selalu dilaksanakan dan dikembangkan dari waktu ke waktu. Prinsip ini juga bisa diartikan sebagai proses bertahap dari pengembangan semua karakter dan budaya yang telah disebutkan di atas. Misalkan, karakter dan budaya yang akan dikembangkan di tahun pertama berjumlah lima, sesuai dengan kondisi dan hasil pertimbangan bersama. Tahun kedua, ditingkatkan menjadi 6 atau 7. Dan begitu seterusnya. Dengan demikian, tidak ada kata berhenti dalam proses pengembangan karakter dan budaya bangsa.
c.Terintegrasi dalam mata pelajaran, muatan lokal, kepribadian dan budaya sekolah
Salah satu cara dalam mengembangkan budaya dan karakter bangsa adalah dengan mengintegrasikannya dalam pelbagai kegiatan sekolah. Misalkan, dalam kegiatan pembelajaran. Karakter dan budaya yang akan dikembangkan masuk dalam materi pelajaran dari setiap mata pelajaran yang memiliki keterkaitan / keterhubungan. Sebagai contoh kongkrit adalah memasukkan nilai religius dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam; kreativitas dalam pelajaran Seni Budaya dan keterampilan; demokratis dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan lain sebagainya.
d.Dilakukan secara aktif;
Pengembangan karakter dan budaya bangsa di sekolah bukanlah sekedar wacana atau pengetahuan semata, melainkan juga harus diaplikasikan atau dipraktekkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan secara aktif dan bahkan menjadi ciri khas atau kebiasaan di lingkungan sekolah. Dalam konteks ini, baik tenaga pendidik dan kependidikan maupun siswa harus melakukan dan membiasakan secara aktif nilai – nilai karakter dan budaya bangsa yang telah ditetapkan.
Mengacu pada prinsip tersebut di atas, maka ada beberapa tahapan yang bisa dilakukan dalam rangka merumuskan dan mengembangkan karakter dan budaya bangsa di sekolah, diantaranya yaitu :
a. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah merumuskan bersama karakter dan budaya apa yang akan dibentuk dan dikembangkan di sekolah kita. Sebagai acuan adalah 20 karakter dan budaya bangsa yang telah disebutkan di atas.
b. Langkah kedua adalah membuat analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat). Langkah ini dilakukan sebagai pertimbangan kemungkinan penerapan dan pengembangan karakter dan budaya yang dipilih. Situasi dan kondisi lingkungan sekolah menjadi dasar dalam proses pertimbangan ini, sehingga didapat daya dukung ataupun penghambat dari upaya pengembangan karakter dan budaya sekolah. Biasanya, dari proses ini pula terjadi pengurangan atau penambahan karakter yang akan dipilih.
c. Setelah melakukan analisis SWOT maka didapat karakter dan budaya yang akan dikembangkan. Langkah selanjutnya adalah menyusun indikator ketercapaian karakter. Sebagaimana proses pembelajaran ataupun program kerja lainnya, indikator dibuat sebagai standar minimal tercapainya suatu proses. Indikator juga menjadi acuan dari kegiatan – kegiatan yang akan dilaksanakan. Adapun indikator yang dibuat bisa dibagi menjadi dua bagian yaitu indikator kelas dan indikator sekolah.
d. Langkah berikutnya adalah menyusun strategi pengembangan. Dalam langkah ini mengacu pada prinsip terintegrasi dalam proses pembelajaran dan kegiatan sekolah lainnya seperti pengembangan diri yang meliputi kegiatan Ekskul, BK, kegiatan terprogram, kegiatan rutin, kegiatan spontan dan kegiatan teladan.
e. Jika strategi pengembangan karakter dan budaya bangsa di sekolah telah selesai dibuat, maka langkah berikutnya adalah mencantumkan dalam program sekolah bagian pengembangan budaya dan karakter bangsa. Dengan demikian, sudah menjadi kewajiban bagi sekolah untuk melaksanakan program pengembangan karakter dan budaya bangsa di sekolah tersebut. Dalam program ini dialokasikan pula besaran dana untuk proses pengembangan tersebut.
f. Langkah terakhir adalah evaluasi program. Langkah ini bisa dilakukan secara rutin baik per-triwulan, per-semester ataupun per-tahun, tergantung dari kebutuhan dan kesepakatan bersama. Evaluasi juga dilakukan sebagai langkah untuk perbaikan di periode berikutnya.

Penutup
“Beri aku sepuluh pemuda, maka akan aku guncangkan dunia” (Ir. Soekarno)
Generasi muda adalah aset berharga yang dimiliki oleh setiap bangsa. Jika para pemuda memiliki karakter yang kuat, maka bangsa yang maju adalah satu kepastian. Sebaliknya, jika generasi muda yang ada memiliki karakter yang lemah dan mudah tergerus oleh perkembangan zaman, maka jangan harap bangsa itu akan tetap berdiri kokoh.

Siswa sebagai bagian dari generasi muda, juga menjadi penentu masa depan bangsa. Pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk generasi muda yang berkarakter hebat. Melalui pendidikanlah, para generasi muda mengetahui mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan. Mereka tau potensi yang bisa dikembangkan dalam diri mereka, sehingga mampu memberikan manfaat bagi dirinya, keluarganya, lingkungan masyarakat dan Negara.

Demikianlah tulisan singkat mengenai pengembangan pendidikan karakter dan budaya bangsa di sekolah. Saya tau bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan demi perbaikan di tulisan – tulisan berikutnya.

Semoga bermanfaat !

Refferensi
Herdani, Y, 2010. Pendidikan Karakter Sebagai Pondasi Kesuksesan Peradaban Bangsa. [on-line at] http://www.dikti.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1540:pendidikan-karakter-sebagai-pondasi-kesuksesan-peradaban-bangsa&catid=143:berita-harian
Sudrajat, A. 2010. Tentang Pendidikan Karakter. [on-line] at http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/08/20/pendidikan-karakter-di-smp/
-------------------. 2010. Konsep Pendidikan Karakter. [on-line] at http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/09/15/konsep-pendidikan-karakter/
Suyanto, Prof. Ph.D. 2009. Urgensi Pendidikan Karakter. [on-line] at http://mandikdasmen.kemdiknas.go.id/web/pages/urgensi.html
Tulisan - tulisan hasil Pelatihan Wakasek

* Tulisan ini adalah refleksi dari pelatihan Wakasek yang dilaksanakan oleh DisDik Kab. Lebak 19 – 21 Juni 2011 @PSBB
#Penulis adalah Guru di SMPN Satap 7 Cibeber

Tidak ada komentar: