Minggu, September 25, 2011

Pentingnya Kesiapan Mental

“Tidak selalu apa yang kita dapatkan hari ini langsung terasa manfaatnya, tapi di kemudian hari barulah kita tau ada apa di balik itu semua”

Ceramah Mental

Beberapa bulan ke belakang, saat saya mengikuti sebuah pendidikan dan latihan, materi terakhir yang diberikan adalah mengenai “ceramah mental”. Terlepas dari siapa pemateri pada saat itu, yang pasti saya sempat mempertanyakan kenapa dalam diklat seperti ini harus ada materi itu?? Begitu pentingkah?? Terus terang, perspektif saya saat itu ketika mendengar kata mental, seolah – olah bahwa kami (peserta diklat) adalah orang – orang yang kurang bagus dalam hal mental. Lebih jauh, dalam pikiran saya, materi ini tepatnya diberikan pada mereka yang memiliki keterbelakangan mental, bukan pada kami, yang (katanya) calon pejabat. Alhasil, apa yang diberikan pada saat itu, tak ada satupun yang “membekas” kecuali beberapa hal yang tak bisa diungkapkan. Bisa jadi hal ini disebabkan oleh perspektif saya yang menganggap bahwa materi ini tidak penting!!

Seperti menanam sebuah pohon mangga, hasilnya tidak langsung bisa dirasakan sesaat setelah kita menanam pohon tersebut. Sedikit banyaknya membutuhkan waktu untuk berproses. Butuh juga pendukung, seperti pemupukan dan pemeliharaan, agar pohon bisa tumbuh berkembang sesuai dengan yang diharapkan. Nah, seperti itu pula arti dari materi “ceramah mental” terhadap diri saya. Dalam artian bahwa, persfektif saya dahulu ternyata berbeda dengan sekarang. Ceramah Mental itu ternyata penting!!!
Adalah kesiapan mental, yang kemudian merubah perspektif saya mengenai penting atau tidaknya ceramah mental diberikan pada peserta diklat, bahkan pada siapa saja. Bagi saya, kesiapan mental merupakan unsur penting yang harus dimiliki oleh setiap insan dalam kehidupan ini. Sebab, pada hakekatnya hidup adalah perubahan. Setiap manusia akan terus mengalami perubahan. Bahkan manusia harus berubah, agar eksistensinya terus terjaga.

Perubahan yang dialami oleh manusia, tentu beragam jenisnya. Dalam artian bisa positif bisa negatif, bisa bertambah atau berkurang, baik atau buruk. Terkadang, setiap manusia sering menginginkan perubahan ke arah yang lebih baik, meski pada kenyataannya tidak semua sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini tentu bisa menjadi masalah, tatkala perubahan yang terjadi tidak sesuai dengan yang diinginkan. Saat itulah baru terasa pentingnya Kesiapan Mental.

Ya….Kesiapan Mental dibutuhkan untuk menghadapi perubahan dalam hidup ini!!!!

Easy Going atau Khawatir Tingkat Tinggi???
Mental biasanya berkaitan dengan kondisi kejiwaan atau batin seseorang. Bagi saya, kesiapan mental berarti kondisi kejiwaan seseorang dalam menghadapi sesuatu yang menimpa dirinya. Jika kondisi mentalnya siap, maka perubahan seperti apapun mampu dihadapi dengan baik. Pun sebaliknya, jika kondisi mentalnya tidak siap, maka tidak akan mampu bertahan terhadap perubahan yang dialaminya.

Konsekuensi berikutnya dari kesiapan mental adalah perubahan prilaku yang akan dialaminya. Seseorang yang tadinya bersifat murung, pendiam, akan berubah menjadi ceria, tatkala mengalami perubahan yang menyenangkan. Hal ini disebabkan oleh perubahan suasana jiwanya. Murung dan pendiam terjadi karena kondisi jiwanya yang tidak merasa nyaman. Tetapi ketika rasa nyaman singgah di jiwanya, maka keceriaan akan selalu menyertainya.

Pernah mendengar istilah “keok memeh dipacok”???? Atau sering mendengar kasus “Jago Kandang” !!! analisis sederhana yang biasa dikemukakan adalah karena faktor mental yang lemah. Teman saya menyebutnya “cemen”.

Sepertinya, kasus di atas muncul karena persepsi seseorang terhadap suatu keadaan yang akan dijalaninya. Persepsi itu kemudian mempengaruhi kondisi kejiwaannya yang pada akhirnya merubah prilaku. Secara sederhana, saya mengklasifikasikan dua persepsi seseorang yang kemudian akan mempengaruhi mentalnya. Persepsi pertama adalah Easy Going, Persepsi kedua adalah Khawatir Tingkat Tinggi.

Easy Going bisa diartikan sebagai sikap yang “membawa enak” terhadap segala sesuatu yang dijalani atau dialami oleh seseorang. Kata lain yang dekat dengan hal ini adalah “Enjoy Az lagi….”. Segala perubahan yang sedang maupun yang akan dialami, tidak terlalu diambil pusing. Tipe – tipe orang yang seperti ini biasanya terlihat cuek dari luar, meski tidak ada yang bisa memastikan bagaimana perasaan di dalamnya.

Pengaruh persepsi Easy Going terhadap mental seseorang cukup besar. Seburuk apapun perubahan yang dirasakan, mereka akan berusaha untuk menikmatinya. Mentalnya sudah diset agar senantiasa tegar dalam menjalani alur kehidupannya. Berusaha agar perubahan yang terjadi tidak menimbulkan dampak yang buruk bagi dirinya. Bahkan biasanya, tidak memikirkan hal terburuk yang akan dialaminya di kemudian hari. Persepsi yang demikian menjadikan prilaku dari tipe orang seperti ini jarang mempersiapkan diri untuk menghadapi hari esok. Baik atau buruk, Easy Going aj lah….

Persepsi yang kedua adalah Khawatir Tingkat Tinggi. Pribadi yang bertipe seperti ini biasanya terlalu memikirkan lebih jauh apa yang akan terjadi di kemudian hari. Apa yang dipikirkannya adalah hal – hal yang menurutnya akan merugikan dirinya. Hal ini kemudian menimbulkan kekhawatiran yang berlebihan. Sepertinya, persepsi yang seperti inilah yang banyak menyebabkan terjadinya kasus “keok memeh dipacok”.

Pengaruh persepsi seperti ini terhadap sikap mental seseorang adalah cenderung penakut dan tidak bermental seorang pejuang. Tak ada semangat untuk berkompetisi, sebab dirinya takut untuk kalah, yang kemudian menurunkan kredibilitasnya. Baginya, tidak ikut berkompetisi lebih baik daripada berkompetisi tapi mengalami kekalahan. Sebenarnya persepsi seperti ini bisa juga menjadi motivasi untuk mempersiapkan diri agar lebih baik. Akan tetapi, kebanyakan rasa khawatir justru menjadikan seseorang tidak bermental tinggi.

Persepsi mempengaruhi Prilaku, dan Prilaku menunjukkan sikap mental seseorang!!!

Tidak ada komentar: