Kamis, September 22, 2011

Contoh Feature Perjalanan

Panorama Eksotik Danau Toba dan Pulau Samosir
Oleh Dhee Shinzy Yunengsih

Hawa dingin mencucuk tulang saat saya membuka mata di sebuah villa di Parapat. Dari dalam jendela kamar, saya mengintip sebuah danau maha luas di seberang jalan. Danau itu menggoda saya untuk melangkah ke arahnya.Saya berdiri persis di tepi danau itu, memandang kagum pada lukisan indah hasil karya Sang Pencipta.Danau seluas kurang lebih 369.854 Ha itu bernama Danau Toba.



Danau Toba dipandang dari kota Parapat sangat menakjubkan. Rasa capek, lelah selama perjalanan semalam menempuh waktu kurang lebih empat jam dari kota Medan ke Parapat terbayar lunas dengan melihat danau ini. Saya bahkan tak percaya bisa berada di tempat seindah ini, sebelumnya saya tidak pernah bermimpi untuk mengunjungi danau ini, karena berbagai alasan ketidakmungkinan. Tapi kini, danau vulkanik yang merupakan danau terbesar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara telah hadir di depan mata.

Saya bersama kawan-kawan Pers Mahasiswa (Persma) Se-Indonesia yang tergabung dalam Pelatihan dan Pendidikan Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional (PPJTLN) yang diselenggarakan oleh Persma Suara Usu (Universitas Sumatera Utara) pada 27 November 2010 lalu, menaiki kapal Ferry untuk melihat lebih jauh pemandangan Danau Toba. Saya naik ke tingkat atas dan duduk di buritan kapal. Mesin menderu lembut, air danau mulai berpusar dan kapal perlahan bergerak jauh meninggalkan Parapat.



Selama berlayar mengitari Danau Toba, tak henti-hentinya saya berdecak kagum atas keindahan panoramanya, lebih indah dari yang disaksikan di media-media. Pesona eksotisnya berupa hamparan air tenang yang jernih dan sangat luas laksana lautan dengan dikelilingi pepohonan rindang, gunung dan perbukitan yang sebagian gundul namun menawan.Sesekali diselingi awan dan kabut yang menggantung, memberikan kesejukan dan rasa damai di hati.Hmm...pantas saja danau ini dinobatkan sebagai 7 keajaiban dunia yang di gelar The New 7 Wonders Foundation pada 31 Mei 2005. Danau Toba memang punya magnet tersendiri dalam menarik wisatawan domestik dan mancanegara.
Danau Toba terletak di wilayah Parapat-Sumatera Utara, berukuran 1700 meter persegi dengan kedalaman kurang lebih 450 meter dan terletak 906 meter di atas permukaan laut. Danau ini memiliki ukuran panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer. Danau Toba diapit oleh enam kabupaten, yaitu Kabupaten Simalungun, Kabupaten Samosir, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Karo, dan Kabupaten Dairi. (www.wikipedia.com)

Di tepi Danau Toba terdapat beberapa air terjun yang sangat mempesona. Dari atas kapal, saya melihat di pinggir danau terdapat batu yang menggantung menyerupai orang, konon masyarakat Batak percaya batu itu jelmaan seorang putri yang bunuh diri.
Enam puluh menit kemudian, kapal berlabuh di tepi sebuah pulau yang terletak di tengah-tengah danau, pulau itu bernama Pulau Samosir. Pulau Samosir, seperti yang dikutip dari situs www.SilabanBroherhood.com adalah pulau yang berada di tengah-tengah Danau Toba di Sumatera Utara. Suatu pulau dengan ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut.Samosir menjadi kabupaten pada Januari 2004.Sebelumnya, pulau ini merupakan bagian dari Kabupaten Toba Samosir. Terdiri atas 9 kecamatan, yaitu Pangururan (Ibu Kota Kabupaten), Harian, Sianjur Mulamula, Nainggolan, Onan Runggu, Palipi, Ronggur Nihuta, Simanindo, dan Sitio-Tio.

Nuansa budaya yang kental berupa rumah-rumah tradisional khas Batak menyambut kedangan kami.Di pulau Samosir, kami mengunjungi desa Tomok.Di Tomok terdapat rumah adat batak tempat Raja Sidabutar menetap, juga menikmati hiburan dari tarian patung Si Gale-Gale yang dipandu oleh sesepuh Batak.Si gale-gale merupakan salah satu atraksi kesenian rakyat tanah Batak, yaitu berupa patung kayu yang dibuat dapat menari mengikuti irama gondang.

Sesepuh Batak menjelaskan, Si Gale-Gale diperuntukan untuk menghibur Raja Rahat yang kehilangan anaknya. Raja sangat terpukul, sehingga ia memerintahkan pemahat untuk membuat patung dari kayu sebagai wujud anaknya. Patung ini diikat ke jalinan tali yang digunakan untuk menggerakkan tubuhnya.Lalu Si gale-gale dapat menari mengikuti irama gondang. Namun, patung kayu Si Gale-Gale yang berada di desa Tomok tersebut hanyalah patung tiruan, aslinya disimpan di museum kesenian di Jakarta.

Sebagian peserta Salam Ulos Jurnalisme Damai ikut menari mengikuti tarian patung Si Gale-Gale.Walaupun hanya kedua tangan dan mata Si Gale-Gale yang menari, namun cukup menghibur dan menggelitik.Saat menari, pengunjung wajib memberi sawer kepada patung si Gale-Gale.Di situlah kadang kekonyolan-kekonyolan pengunjung dilakukan, seperti salah satu panitia Salam Ulos bernama Dayat memelototi Si Gale-Gale.



Setelah puas menikmati hiburan patung Si Gale-Gale, kami berziarah ke pemakaman raja Sidabutar.Sidabutar merupakan orang pertama yang menetap di Pulau Samosir. Uniknya, saat hendak memasuki makam raja Sidabutar dan keluarganya, kami tidak diperkenankan masuk tanpa memakai kain ulos yang tersedia di gerbang makam.

Di kompleks pemakaman raja, terdapat 3 kuburan Raja Sidabutar dan 3 kuburan keturunannya.Kuburan yang sudah berumur 200 tahun itu terbuat dari batu utuh. Pada kuburan batu itu dipahatkan wajah sang raja dan seorang gadis yang konon sangat cantik. Di sana juga terdapat patung orang Aceh yang konon bijak dan menjadi penasihat raja. Sekaligus menjadi penglima perang yang sangat dipercaya.
Usai berziarah, kami mengunjungi rumah adat Batak.Rumah itu seperti sebuah museum yang menyimpan benda-benda pusaka Batak.Ukiran khas, kalender Batak, alat musik tradisional dan lain-lain.

Berbagai kerajinan khas Batak di Tomok memikat hati untuk dijadikan oleh-oleh, seperti baju, pernak-pernik berlabel Lake Toba atau Danau Toba, patung, tas, topi, kain ulos, membius saya dalam keindahan pemandangan budaya menakjubkan.
Sulit melukiskan dengan kata-kata betapa mengesankannya berada di Pulau Samosir. Bila ingin membuktikan, coba saja datang langsung ke sana.

Hanya sekitar tiga jam saja kami berada di Pulau Samosir, panitia segera mengkondisikan kami untuk kembali ke kapal. Wajah lelah tercipta dari raut masing-masing, sebagai penawar lelah, kami bernyanyi-nyanyi dan berfoto ria. Tak terasa kapal hampir merapat di tepi Parapat.Dari atas kapal, saya melihat atraksi nyelam anak-anak Danau Toba dalam memperebutkan uang-uang logam yang dilempar oleh para penumpang. Atraksi ini diberi nama oleh anak-anak sekitar dengan nama cilling.

5 komentar:

Unknown mengatakan...

semangat untuk terus maju ya sobat ku

Unknown mengatakan...

berjuang untuk terus maju semoga selalu sukse wahai kawan ku

Unknown mengatakan...

semangat untuk terus maju ya sobat ku

Unknown mengatakan...

semangat untuk terus maju ya sobat ku

Unknown mengatakan...

semangat untuk terus maju ya sobat ku