Jumat, Mei 02, 2008

Syumuuliyah Al-Islam (Kesempurnaan Islam)

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”
(Q.S. Al-Baqarah : 208)
Pengantar
Islam merupakan agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Allah kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Menurut ajaran Islam, kepada tiap-tiap golongan umat pada satu masa, Allah telah mengirimkan utusan-Nya yang terpilih dari golongan itu sendiri guna menyampaikan firman-Nya. Pada hakikatnya, ajaran Islam tidak hanya membahas mengenai satu aspek, tetapi mengenai berbagai aspek dari kehidupan manusia. H.A.R.Gibb dalam bukunya Whither Islam (Yatim, 2004:3) menyatakan bahwa Islam sesungguhnya lebih dari sekedar agama, Islam adalah suatu peradaban yang sempurna. Bahkan kemajuan Barat pada mulanya bersumber dari peradaban Islam yang masuk ke Eropa melalui Spanyol. Ini menunjukkan bahwa Islam tidak hanya mengajarkan bagaimana beribadah pada Tuhannya, tetapi juga turut memberikan pengaruh terhadap perkembangan pemikiran umatnya. Islam turut membahas mengenai permasalahan yang dihadapi oleh manusia, baik itu sosial, politik, ekonomi dan lain-lain. Dengan demikian, Islam merupakan agama yang sempurna, yang mengajarkan kepada kita bagaimana hidup dan berprilaku di dunia untuk kebahagiaan di akhirat.
Terkait dengan kesempurnaan Islam, nampaknya masih belum disadari oleh penganutnya. Banyak yang masih bersandarkan pada hukum-hukum dunia dan kebijakan yang dikeluarkan oleh manusia. Bukan berarti pula manusia tidak berperan apapun, tetapi keharusan mengedepankan ketentuan Allah, itulah yang utama. Sebagaimana disebutkan pada ayat di atas, bahwa kaum muslimin harus masuk ke dalam Islam secara “keseluruhan”, tidak setengah-setengah. Ini menunjukkan bahwa kita harus mengaplikasikan nilai-nilai Islam dalam segala hal, tidak hanya saat beribadah saja. Dalam tulisan yang singkat ini akan coba dipaparkan mengenai Syumuuliyah Al-Islam.

Bukti Syumuuliyah Al-Islam
Kata Al-Islam berasal dari beberapa kata yaitu ; “Istislam” yang berarti berserah diri; “As Salaam” yang berarti keselamatan; “As Silmi” yang berarti kedamaian; “As Salim” yang berarti bersih. Dari akar-akar kata tersebut, terlihat jelas bahwa inti dari keislaman seseorang adalah berserah diri pada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Selain itu, Islam juga agama yang akan membawa kita pada keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dalam Islam tidak diajarkan untuk menciptakan suasana perang. Islam tidak mengajarkan untuk saling membenci di antara sesama umat manusia. Justru sebaliknya, Islam mengajarkan manusia untuk saling bersilaturahim dengan sesama, menjalin persaudaraan dengan landasan keimanan dan ketaqwaan. Islam juga menganjurkan umatnya untuk senantiasa menjaga kebersihan.
Islam yang sempurna berarti lengkap, menyeluruh dan mencakup segala-galanya yang diperlukan sebagai pedoman hidup manusia. Kesempurnaan Islam ini ditandai dengan beberapa aspek, yaitu Syumuuliyah Az-Zaman, Syumuuliyah Al-Minhaj dan Syumuuliyah Al-Makaan.

Syumuuliyah Az-Zaman (Sepanjang Zaman)
Sebagai Syumuuliyah Az-Zaman, Islam merupakan agama yang tidak lekang oleh zaman, tidak habis oleh waktu. Islam merupakan agama para nabi, mulai dari nabi Adam sampai nabi Muhammad saw. Nilai-nilai ajaran yang mereka bawa adalah nilai-nilai Islam. Selain itu, risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad merupakan kesatuan risalah nabi-nabi terdahulu. Nabi Muhammad, sebagai rasul penutup, menunjukkan bahwa tidak ada lagi rasul setelah beliau. Ini juga berarti bahwa ajaran (dalam hal ini adalah agama Islam) yang dibawa oleh beliau juga bersifat selamanya, tidak akan tergantikan oleh yang baru. Dalam sebuah hadits, yang diriwayatkan oleh Abu Daud Ath-Thayalusi dari Jabir bin Abdillah, Rasulullah saw bersabda, “Perumpamaan aku dan para nabi adalah seperti orang yang membangun sebuah rumah. Dia menyelesaikannya dan memperindahnya kecuali tersisa pemasangan sebuah bata. Lalu orang yang masuk ke dalamnya dan melihatnya berkata ‘Alangkah bagusnya rumah ini. Sayang bata ini belum dipasang.’Akulah pemasang batu tersebut. Aku dijadikan penutup bagi seluruh nabi”.
Bukti lain yang menunjukkan kesempurnaan Islam yang berlaku sepanjang zaman adalah, wafatnya Nabi Muhammad, tidak berarti bahwa Islam pun turut tenggelam. Yang terjadi justru sebaliknya, sampai sekarang Islam masih menyebar dan mengakar kuat dalam diri penganutnya. Inilah yang membedakan Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad dengan yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya. Islam yang diajarkan oleh nabi-nabi terdahulu (sebelum nabi Muhammad), biasanya bersifat lokal dan hanya untuk satu kaum saja. Akan tetapi, Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad bersifat menyeluruh dan rahmatan lil ’alamin (rahmat untuk semesta alam).

Syumuuliyah Al-Minhaj (Kesempurnaan Pedoman)
Islam sebagai Syumuuliyah Al-Minhaj didasarkan kepada 3 unsur yaitu Al-Asas (dasar), Al-Binaa (bangunan), dan Al-Mu’ayyidat (pendukung). Dasar dari agama Islam adalah Aqidah, yang merupakan pondasi keimanan seorang muslim. Pemahaman aqidah yang benar, sangat berpengaruh pada gerak langkah kehidupan seseorang. Tanpa aqidah, maka bangunan Islam tidak akan kuat, ibarat sebuah rumah tanpa pondasi. Dengan demikian, aqidah dalam Islam memegang peranan yang penting, yang akan menentukan bagaimana seseorang tersebut mengakui kebesaran Tuhannya. Di atas pondasi aqidah, berdiri bangunan berupa akhlak dan ibadah. Kedua unsur ini harus diperhatikan dan dilaksanakan dengan baik oleh umat Islam. Akhlakul Kariimah merupakan ciri dari kepribadian Rasulullah, sehingga kita sebagai umatnya harus bisa meneladaninya. Dalam sebuah haditsnya, yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Islam itu dibangun di atas 5 dasar, yaitu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji ke Baitullah dan puasa di bulan Ramadhan”. Hadits tersebut mengandung 3 unsur penting dalam agama Islam yaitu Aqidah (Syahadat), Ibadah (Shalat, Puasa, Zakat dan Haji), serta Akhlak (yang tercermin dari memberikan zakat). Sebagai pendukung dari bangunan yang telah ada, dibutuhkan adanya “dakwah” dan “jihad”. Kedua unsur tadi merupakan pendukung dan faktor yang menjadikan Islam tetap bertahan sampai sekarang. Tanpa dakwah dan jihad, maka bangunan Islam tidak akan kokoh. Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman, “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung” (Q.S. Al-imran : 104). Dengan demikian, dakwah merupakan unsur penting yang tidak boleh dilupakan oleh umat muslim.

Syumuuliyah Al-Makaan (Keseluruhan Tempat)
Ada pepatah yang menyebutkan, dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Begitu juga dengan Islam. Semua tempat di muka bumi ini adalah tempat yang sesuai dengan Islam. Dimana diperdengarkan suara Adzan, maka disitulah Islam. Islam tidak mengenal tempat, Islam tidak hanya untuk orang di daerah Jazirah Arab, Islam tidak hanya untuk orang Quraisy. Singkatnya Islam tidak mengenal batas geografis. Semua yang ada di bumi ini adalah ciptaan Allah SWT. Dengan demikian Islam pun berlaku dimana saja.

Penutup
Islam adalah agama yang sempurna. Ajarannya bersifat integral dan universal, mencakup seluruh aspek kehidupan. Islam bukan hanya ritual ibadah semata, atau sekedar ajaran moral dan keyakinan pada hal-hal yang ghaib. Tetapi Islam juga mengajarkan bagaimana kita berakhlak yang bagus, bagaimana kita memperlakukan ciptaan-Nya. Salah seorang sahabat nabi, Abu Hurairah r.a. bahkan pernah berkata, “Rasulullah saw, telah mengajarkan kepada kami segala sesuatu, sampai bagaimana cara membuang hajat”. Oleh karena itu, Islam adalah sistem menyeluruh yang mencakup seluruh segi kehidupan. Ia adalah tanah air, pemerintah dan umat, moral dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu pengetahuan dan hukum, materi dan kekayaan alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, pasukan dan pemikiran, sebagaimana ia adalah aqidah yang murni dan ibadah yang benar, tidak kurang dan tidak lebih. Yang lebih penting adalah, bagaimana kita menyikapi Islam. Bagaimana kita menunjukkan bahwa kita adalah muslim sejati, yang siap mengibarkan panji Islam di bumi tercinta ini. Ya….Rasulullah telah berhasil membentuk kader-kader tangguh yang bisa mengembangkan dan mempertahankan Islam hingga bisa dirasakan oleh kita sekarang. Tapi bukan berarti kita tidak punya kewajiban untuk mempertahankannya. Masih banyak manusia yang harus “diluruskan”, bahkan mungkin termasuk diri kita sendiri. Oleh karena itu, pelajari Islam secara menyeluruh dan berdakwahlah. Wallahualam…….

Tidak ada komentar: